Adab Makan dan minum

Pagi yang dingin waktu itu hilang dengan merapatnya tubuh jamaah mesjid yang berkumpul setengah mengelilingi ustad, biasa hal ini mereka lakukan tatkala Ustad Akhmad mulai bersiap-siapa memberikan ilmu yang didapat dari kitab hadist yang bertuliskan arab.
 
Makan berjamaah 

Sebenarnya banyak adab makan dan minum yang telah diberi contoh oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wassalam. Yang utama adalah membaca doa sebelum makan dan makanan adalah Halal. Selain itu Nabi menyukai makanan yang banyak tangan memakannya. Maksudnya menggunakan satu piring dengan makanan yang disantap secara bersama-sama tentu dengan adab yang telah diajarkan. Inilah yang disebut dengan makan berjamaah. Memulai makan makanan dari yang pinggir dan mengakhiri yang ditengah pun dicontohkan.


Diriwayatkan dari Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi bersabda, “Jika kalian makan, maka janganlah makan dari bagian tengah piring, akan tetapi hendaknya makan dari pinggir piring. Karena keberkahan makanan itu turun dibagian tengah makanan.”

ada satu hadits yang dibacakan oleh ustad Akhmad dan teringat selalu :

Dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadu, wahai Rasulullah sesungguhnya kami makan namun tidak merasa kenyang. Nabi bersabda, “Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para sahabat. Nabi lantas bersabda, “Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya tentu makanan tersebut akan diberkahi.” (HR Abu Dawud no. 3764 dan dinilai shahih oleh al-Albani.)

Tidak duduk bersandar

Yang dimaksud duduk bersandar disini adalah segala macam jenis duduk bersandar. Ada yang bersandar ke tembok, ada pula yang bersandar pada tangan kirinya. Makan sambil duduk bersandar dimakruhkan, hal ini sejalan dengan hadist berikut:

Abu Juhaifah mengatakan, bahwa dia berada di dekat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berkata kepada seseorang yang berada di dekat beliau, “Aku tidak makan dalam keadaan bersandar.”


Ibnu Hajar mengatakan, “Jika sudah disadari bahwasanya makan sambil bersandar itu dimakruhkan atau kurang utama, maka posisi duduk yang dianjurkan ketika makan adalah dengan menekuk kedua lutut dan menduduki bagian dalam telapak kaki atau dengan menegakkan kaki kanan dan menduduki kaki kiri.”

Menggunakan tangan

Baginda dan para sahabat menggunakan jari-jari untuk makan (menggunakan tangan kanan

“Menurut penyelidikan ahli medis ternyata enzym yang terdapat di sela-2 jari banyaknya 10 kali lipat dengan enzym yang ada di air liur kita. Enzym ini berguna untuk mencerna makanan. Dan setelah makan kita disunahkan untuk menjilati jari-jari kita yang dipakai untuk makan, sehingga kandungan enzym tadi akan makin cepat bercampur dengan makanan “

Dari Ka’ab bin Malik dari bapaknya beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan.”

Jari yang digunakanpun biasanya hanya 3 jari yaitu jari jempol, telunjuk dan jari tengah. “Tidak memakan dengan dua anak jari kerana demikian adalah cara makan syaitan”

Tidak mencela makanan

Baginda Tidak pernah mencela makanan, kalau disukai dia makan dan kalau tidak disukai, ditinggalkan. 

yang dimaksud dengan mencela makanan adalah mengomentari makanan yang sedang disajikan dengan kata-kata yang menggambarkan ketidaksukaan terhadap makanan tersebut. Kata-kata yang digunakan untuk mencela dapat berupa pencelaan terhadap rasanya (asin, pahit, masam), kondisi makanan tersebut (terlalu keras, terlalu lembek, mentah), maupun hal lainnya. Seorang muslim tidak dibenarkan mencela makanan yang disajikan, meskipun keadaan makanan tersebut sesuai dengan yang dikatakannya.

Larangan mencela makanan ini telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW, sebagaimana yang terdapat dalam hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

Dari Abu Hurairah r.a beliau mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali tidak pernah mencela makanan. Jika beliau menyukai satu makanan, maka beliau memakannya. Jika beliau tidak suka, maka beliau meninggalkannya.”

Selain mencela member nama yang buruk juga tidak diajarkan. Saat ini sering kita melihat nama-nama aneh makanan yang tersedia, seperti kerupuk setan, bubur kuntilanak dan sebagainya

Tidak mengambil makanan lebih dari satu

Pada saat kita makan bersama dengan orang lain, sangat tidak dianjurkan untuk mengambil makanan lebih dari satu, tanpa seijin yang lain. Terlebih lagi jika makanan tersebut adalah milik bersama. Hal ini sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim :

“Dari Syu’bah dari Jabalah beliau bercerita: “Kami berada di Madinah bersama beberapa penduduk Irak, ketika itu kami mengalami musim paceklik. Ibnu Zubair memberikan bantuan kepada kami berupa kurma. Pada saat itu, Ibnu Umar melewati kami sambil mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengambil makanan lebih dari satu kecuali sesudah minta izin kepada saudaranya.”

Menjilat sisa makanan

Setiap makanan yang kita makan sebenarnya mengandung berkah. Namun tidak sekalipun kita mengerahui dimana berkah dari makanan tersebut. Agar kita tidak kehilangan berkah dari makanan tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan umatnya untuk menjilat jari-jari yang digunakan untuk makan, serta sisa makanan pada piring. Hal ini tersurat dalam hadist berikut:

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah satu di antara kalian makan, maka janganlah dia bersihkan tangannya sehingga dia jilati atau dia minta orang lain untuk menjilatinya.” (HR. Bukhari no. 5456 dan Muslim no. 2031)

Mengambil makanan yang jatuh

Setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Dia akan selalu mengintai manusia dalam setiap kesempatan, termasuk saat makan. Untuk menghindari ikutnya setan saat kita makan, Nabi SAW menganjurkan kita untuk membaca basmallah saat sebelum makan. Selain membaca basmallah sebelum makan, ada hal lain yang perlu diperhatikan oleh kaum muslimin untuk menghindari setan ikut makan bersama kita. Hal tersebut adalah memungut makanan yang jatuh, membersihkan kotorannya, dam memakannya kembali. Perintah Rasulullah SAW ini termaktub dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Muslim dan Ahmad:

Dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika makanan salah satu kalian jatuh maka hendaklah diambil dan disingkirkan kotoran yang melekat padanya, kemudian hendaknya di makan dan jangan dibiarkan untuk setan” 

Dalam riwayat yang lain dinyatakan, 

“sesungguhnya setan bersama kalian dalam segala keadaan, sampai-sampai setan bersama kalian pada saat makan. Oleh karena itu jika makanan kalian jatuh ke lantai maka kotorannya hendaknya dibersihkan kemudian di makan dan jangan dibiarkan untuk setan. Jika sudah selesai makan maka hendaknya jari jemari dijilati karena tidak diketahui di bagian manakah makanan tersebut terdapat berkah.”


Larangan bernafas dan meniup air minum

Ustad juga menjelaskan etika etika minum, dianjurkan bagi seorang muslim adalah larangan untuk bernafas pada air minum, dan meniup air minum. Begitu juga cara memegang gelas (seperti gambah di bawah). Tujuan dari larangan ini adalah menghindari jatuhnya kotoran dari hidung ke dalam air minum. Sedangkan larangan untuk meniup air minum adalah supaya air minum tersebut tidak berbau nafas, atau bercampur dengan zat karbon yang kita tiupkan.




Anjuran untuk tidak bernafas dan meniup air minum ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad SAW berikut:

Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah mengambil nafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)

Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang untuk mengambil nafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

Ustad juga memberikan contoh cara minum Rasul dan para sahabat yaitu jika air satu gelas yang akan diminum di bagi menjadi 2-3 tegukan dan menghindari bernapas selama bibir mendekati air dalam gelas. Sebelum meminum diajarkan untuk melihat isi gelas tersebut.

Sebenarnya banyak ajaran yang diberikan Baginda, tetapi waktu yang terbatas pagi itu hanya beberapa point ini yang aku dapatkan itupun sudah aku coba lengkapi dengan hadist-hadits yang tidak sempat diingat saat itu

Allohu A’lam Bishowab


0 komentar:

Posting Komentar