Semoga waktuku bersamanya menjadi warisan yang terbaik

Malam ini adalah malam ketiga aku tidur berdua bersama putra pertamaku di sebuah kamar perawatan rumah sakit. Mamanya hanya bisa ikut menemaninya di malam kedua, karena mamanya perlu menemani adiknya yang paling kecil di rumah. Iya, putra pertamaku sedang menjalankan perawatan di salah satu rumah sakit, dan Alhamdulillah kondisinya saat ini sudah membaik.

Banyak hal yang kami bicarakan selama berdua, kadang pembicaraan serius kadangkala bercanda dan tak jarang pembicaraan serius di interupsi dengan kalimat konyol dan tak serius yang keluar tiba-tiba dari mulutnya, he he biasalah anak-anak.

Selama kebersamaan dengannya pasti selalu kusisipkan kalimat-kalimat yang harapannya memberikan keyakinan kepadanya bahwa sakit yang dia hadapi adalah cobaan dari yang maha kuasa Allah swt. Bukan karena Allah jahat kepada ciptaannya, tapi sebaliknya karena Allah sayang kepada ciptaanNya. Allah ingin mengingatkan kamu untuk selalu mengingat Allah dikala sehat, dikala sakit, dikala lapang, dikala sulit dan selalu bersabar menghadapinya. Dan ingat, Allah dengan mudah memberikan ujian kepada makhluknya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” QS 2. Al Baqarah : 155.

Ya begitulah, setiap saat kesempatan aku selalu mengingatkan hal-hal tersebut kepadanya, semoga di saat seperti ini dia bisa memahami dengan baik arti sebuah cobaan yang diberikan kepadanya, aku tidak mau dia berburuk sangka kepadaNya.

Waktu Isya telah tiba..aku tidak beranjak ke Mushola ataupun Mesjid, karena beribu alasan memang sebagai sifat buruk manusia, iya, aku tidak memungkinkan meninggalkan anakku karena dia memang tidak berani ditinggal sendirian di kamar.

Disaat akan memulai sholat, sekonyong-konyong..dari tempat tidurnya, anakku berucap “Pa, aku gimana nih..aku ngga sholat?”. Subhanallah dan astaghfirullah bercampur terucap dalam hati, iya aku melupakan sesuatu. Entah karena naluri orang tua yang kasihan kepada anaknya yang sedang sakit, sehingga aku tidak berharap dia menjalankan dulu kewajibannya untuk menyembah sang Khalik. Hmm, merasa bersalah muncul karena di sisi lain aku selalu mengingatkan kepadaNya untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun namun di sisi lain aku tidak memberikan contoh yang baik. Mungkin hal-hal seperti ini sering terjadi selama ini.

Kadangkala anak-anak dan istri kita membuat kita lalai untuk mengajak mereka menjalankan segala perintahNya. Entah karena alasan kasihan, belum waktunya, dan banyak lagi alasan-alasan lainnya. Kadangkal ada satu waktu sebagai orang tua menyampaikan perintah-perintahNya dan ajaran Rasulullah saw, tapi di saat yang berbeda memberikan toleransi, keringanan kepada anak-anaknya untuk sementara mengabaikan dengan alih-alih kasihan dan sejenisnya, dan aku termasuk orangnya, mungkin ada banyak solusi yang bisa aku ambil sehingga memungkinkan aku untuk melakukan sholat wajib itu di Mushola terdekat.

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi” QS 63. Al Munaafiquun ayat 9

Dan aku yakin peringatan dari Allah kepadaku telah keluar dari mulut anakku yang terkapar di tempat tidurnya. Akhirnya kami melakukan sholat berjamaah, walau dia tetap melakukannya sambil berbaring di tempat tidurnya. Terdengar suara “amiiin” dari mulut kecilnya dikala aku usai membaca surat Al Fatihah. Subhanallah..aku merasakan moment--moment yang kembali menggugah hatiku. Aku belajar dari anakku dan aku mencoba untuk menyampaikan sedikit demi sedikit ilmu kepadanya tentang tujuannya makhluk diciptakan..
Ya Allah berikanlah kekuatan kepada diri kami sebagai orang tua untuk membimbing anak-anak kami yang telah kau titipkan kepada kami. Berikanlah kelapangan kepada kami untuk membimbing mereka.

Semoga waktu-waktuku bersama anak-anakku menjadi warisan yang terbaik yang dapat aku berikan kepadanya

Mungkin kita masih ragu

Bencana di negeri ini terus melanda silih berganti. Kerisauan di hati muncul, mengingatkan diri sendiripun tak luput sembari mengingatkan sanak saudara untuk mencoba mengambil hikmahnya, berdoa dan banyak beristighfar. Tak dipungkiri hati ini dan kemungkinan kebanyakan orang akan tersadarkan ketika bencana itu ditunjukkan nyata. Namun dikala bencana itu tak dialami langsung dan telah berlalu, perbuatan dosa (maksiat)-pun kembali dilakukan, mengingatNya pun seadanya, ketaatanpun kadang tertinggalkan.

Mungkin kita masih ragu dengan musibah-musibah yang diberikan olehNya sebagai ujian dan azabNya..kalimat inilah yang mungkin perlu kita pertanyakan. Bencana tersebut kalo di analisa dengan ilmu pengetahuan mungkin bisa masuk akal dan bisa di nalar, bahwa kita sudah harus siap menerima itu semua sewaktu-waktu, resiko kita berada di atas lempengan bumi.

Ada pernyataan yang sempat memicu aku menuliskan tulisan ini. Muncul ketika kusampaikan berita bahwa di Sumatera Barat terjadi gempa lagi dengan kekuatan yang cukup membuat kepanikan dan kehancuran. jawabnya "ada dosa apa dengan orang-orang padang ya? " hmm..aku berujar mungkin kita jangan berpikiran sempit begitu. Mungkin kita coba sedikit ambil hikmahnya bahwa bencana yang ada adalah ujian dan adzab dariNya terhadap penghuni bumi ini. Apakah ketika kita sakit gigi, artinya Allah hanya memberikan ujian kepada gigi itu, tidakkan?..Allah sedang memberi ujian kepada seluruh tubuh pemilik gigi yang sakit itu.

dalam Al Quran kita sempat diingatkan QS 6 Al An'aam: 64 Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."

Semoga kita tidak terlena dengan selamatnya kita hari ini dari bencana-bencana itu, dan jangan terlalu yakin bencana-bencana di daerah lain hanyalah hukuman bagi yang mengalaminya. Sehingga kita kembali ke dalam kehidupan dunia yang kembali melupakan kebesaranNya.

Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"." QS 6 Al An'aam: 63

Ayo saudaraku, ilmu agamaku tak ada apa-apanya, tapi jika aku menunggu aku mempunyai ilmu yang tinggi baru kemudian aku mengingatkan, mungkin aku takut itu akan terlambat. Umur umat Nabi Muhammad saw telah ditetapkan tidak panjang..tapi kewajiban untuk saling mengingatkan telah dibebankan kepundak umat islam. walau takut yang diingatkan akan pecah hati, tapi tertutupi dengan kasih sayang kucoba selalu beranikan diri untuk selalu mengingatkan..walau diri juga masih perlu diperbaiki.

www.sikathati.com

Teliti Aibmu Sendiri

Hasan Al Bashri berkata;

"Engkau tidak akan memperoleh hakikat iman selama engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang ada pada dirimu sendiri. Perbaikilah aibmu, baru kemudian engkau perbaiki orang lain.
Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan tampak aib lain yang harus kau perbaiki. Akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri. Dan sesungguhnya, hamba yang paling dicintai Allah adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri."

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak ada hari seperti hari kiamat dimana aib terbuka dan mata menangis.

menciptakan rasa syukur kepadaNya

Kenyataan yang kita hadapi memang seringkali tidak sesuai dengan harapan. Banyak impian yang belum terwujudkan sesuai dengan keinginan. Tekanan dan tantangan hidup kian memancing kita untuk lebih sering mengeluh daripada bersyukur.



Kalupun kita bisa bersyukur, itu juga karena setelah ditunjukkan hikmahnya oleh Allah. Entah itu diberikan kesembuhan setelah sakit, diberikan keselamatan dikala terjadi musibah, terasa kenyang ketika masih mendapatkan makanan, mampu membeli sesuatu yang dimpikan, mendapat rejeki yang tak terduga, dan sebagainya. Mungkin semua tidak salah ketika setelah kita merasakan nikmatnya baru kita bersyukur. Namun aku sempat berfikir dalam hati, sebegitu egoisnyakah aku. Seharusnya aku bisa lebih baik lagi mengenai sifat-sifatNya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melimpahkan begitu banyak karunianya kepada kita, sehingga ketika kita ingin menghitungnya niscaya kita tidak mampu untuk menghitungnya. Maka aku merasa takut kalau kalau rasa syukur itu hanya kusampaikan ketika menerima rahmatNya. Aku takut banyak nikmat yang terlupakan olehku.

"Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS:14 ayat 8)

Mencoba membimbing mata hati untuk mencoba lebih peka untuk menggali, mencari, merasakan nikmat-nikmatNya yang telah kulupkan untuk bersyukur tanpa perlu Dia menunjukkan kepadaKu, tanpa dia mengingatkanku. Iya memang tak terhitung nikmatnya seperti kiasan pohon sebagai pena dan air lautan sebagai tintanya tak sanggup untuk menuliskannya.

Ternyata nikmat-nikmat itu banyak kita temukan jika kita ingin. Tak hanya kesehatan, tak hanya rejeki yang kadang selalu kita konotasikan dengan uang (terlalu hina jika kita seperti itu). Nikmat penciptaan, nikmat diberikan kebutuhan selama hidup mungkin ini hal yang utama. Selama perjalanan mencoba merasakan sekeliling merasakan karuniaNya..alhamdulillah ..subhanallah..

Mari kita sibukkan sejenak otak kita untuk memikirkan begitu banyak kenikmatan yang telah kita terima, dan mengagumi begitu indah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang selama ini kita nikmati. Ungkapkan rasa syukur atas semua kenikmatan yang Anda rasakan melalui doa dan kata-kata yang baik.

Semoga saya dan kita semua semakin pandai mensyukuri nikmat karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala , sehingga kita akan semakin mudah menciptakan perubahan luar biasa, misalnya; hidup lebih tenang, perasaan lebih peka, penampilan lebih segar, dan menyenangkan, serta hidup lebih sukses dan bahagia dan hendaknya kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan menggunakan nikmat-nikmatnya di jalan yang Allah ridhoi


pendengaran dan penglihatan

Siang ini membaca sebuah ayat dalam Al Quran dan mencoba kembali menuliskan apa yang bisa dituliskan.

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga) | Al Anam QS:6 ayat 46



Mata dan telinga serta hati seseorang dalam ayat tersebut menjadi inti utama dan begitu juga hati. Kalau diperhatikan memang dari dua media ini yang membuat seseorang memandang sesuatu, menilai sesuatu. Dengan kata lain dapat disimpulkan suara dan penglihatan dari luar di teruskan oleh telinga dan matanya ke dalam hati. Kemudian hati yang mencoba untuk merenungi apa yang di dengar dan dilihat untuk mengambil pelajaran. Inilah salah satu anugrah HIKMAH yang diberikan oleh Allah untuk bisa mempelajari sesuatu yang baik dan untuk selanjutnya mencari kebenaran-kebenaran dan akhirnya mendapat HIDAYAH untuk dituntun kepada Sang Khaliq Allah swt.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, …. QS:10 Yunus Ayat 9

Namun apabila kegunaan telinga dan mata itu belum bekerja seperti yang diharapkan maka belum tercapailah maksud penciptaannya. Apabila mata dan telinga ini tidak lagi mampu memberikan yang baik kepada hati, lambat laun hati tidak lagi bisa membimbing manusia untuk memahami apa yang didengar dan dilihatnya. Orang tidak akan merasakan lagi bahwa dirinya sedang ditimpa cobaan, orang tidak lagi merasa bersalah ketika menyakitkan orang, orang tidak lagi merasa bersalah kala meninggalkan kewajiban beribadah, orang akan lupa bahwa dirinya dibayang-bayangi malaikat maut, Nasehat dari saudaranya pun tak mengena di hatinya, tidak pernah mengambil pelajaran dari orang sekitarnya

Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur (QS:23 Al Mu'minun Ayat 78)

Semoga Allah yang maha Pengampun dan Bijaksana tidak menutup pendengaran, penglihatan dan matahati kita:

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka], dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS:2 Al Baqarah Ayat 7)
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS:6 Al An'aam Ayat 110)


Doa khusnul khotimah dan saat ajal menjemput

Doa supaya meninggal dalam keadaan khusnul khotimah

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
Allahummakhtim lanaa bil islaam, wakhtim lanaa bil imaan, wakhtim lanaa bihusnil khootimah
“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah”


Doa menjelang ajal menjemput
Allahumafighfirli warhamni wa alhiqni bir rafiqil a’la : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku , rahmatilah aku dan pertemukanlah aku dengan teman yang mulia (malaikat) : Imam Malik, Muwaththa – Kitab Al Jana’iz:501





Doa Hari Kesepuluh Ramadhan

Allâhummaj’anî fîhi minal mutawakkilîna ‘alayka, waj’alnî fîhi minal fâizîna ladayka, waj’alnî fîhi minal muqarrabîna ilayka, bi-ihsânika yâ Ghâyatath thâlibîn.

Ya Allah, jadikanlah aku di bulan yang mulia ini tergolong pada orang-orang yang bertawakkal pada-Mu, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang beruntung, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang mendekatkan diri pada-Mu, dengan kebaikan-Mu wahai Tujuan orang-orang yang berharap. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 3).