Tersenyumlah


Ayo jangan berat untuk melemparkan senyum kepada saudara dan orang-orang yang mungkin kita kenal apalagi teman, namun bukan berarti harus senyam-senyum seperti orang yang kurang waras he he. Tunjukkan keceriaan dan kemurahan hati kita dengan memberi senyum. Tidak usah cemberut, menekuk muka atau sejenisnya, tetapi lemparkan senyum.


Apakah karena ada masalah yang sedang menginggapi hati? Sehingga senyum begitu sulit diberikan. Tidak ada masalah di dunia ini. Lama tidak mendapat pekerjaan., jadikan itu bukan masalah tapi berfikirlah bahwa itu terjadi karena Allah ingin memperpanjang ganjaran ibadah berjamaah ..bayangkan kalo sekarang kita sudah bekerja..mungkin banyak ibadah berjamaah tidak sempat kita lakukan. Berfikirlah positif terhadap masalah yang kita hadapi. Pastikan yang menjadi masalah saat ini hanya satu yaitu "ketika kita sadar kita tidak layak masuk surga". Masalah di dunia tidak ada apa-apanya dibanding dengan masalah ketika kita tidak yakin masuk Surga. Oleh karena itu berfikirlah bahwa kita masih bergelimang dosa dan kita harus perbanyak memohon ampunan dan perbanyak beramal.


Jadi..murahlah senyum ya ukhti ya akhi
insyaAllah apa yang aku tuliskan tidak hanya sebagai nasehat semata tetapi bisa diimplementasikan olehku sendiri ..amien

menjauhi yang haram dan yang meragukan

Assalamualaykum warrahmatullahi wabbarakatuh



Sedikit mau sharing, kemarin selepas dzuhur ada pengajian dengan topik "Subhat", sayang tidak bisa cerita banyak. Kemarin sedikit banyak menyinggung dengan dunia pekerjaan. Beberapa informasi saya cari dari beberapa sumber yang terkait dengan materi yang di dapat kemarin.



Mungkin informasi yang saya tuliskan di bawah ini bisa jadi renungan kita terutama godaan yang sering datang kepada kita. Apalagi hal-hal yang kadang masih membuat kita ragu-ragu.



Pada saat seseorang yang telah digaji untuk bekerja, maka harta apapun selain gaji menjadi harta ghulul (curang), yang menjadi landasan adalah hadits Nabi saw yang meriwayatkan ketika Nabi saw mengangkat Ibnu Utabiyah untuk menarik zakat Bani Sulaim. Setelah kembali dan menghadap Rasulullah, Ibnu Utabiyah berkata: “Ini untuk engkau dan ini adalah hadiah yang diberikan orang kepada saya, lalu Rasulullah bersabda:



Ini adalah (harta) untuk anda, dan ini (harta yang) dihadiahkan kepadaku. (Jika memang benar itu hadiah) apakah tidak sebaiknya ia duduk saja dirumah bapak atau ibunya, lalu (lihat) apakah hadiah itu akan diberikan kepadanya atau tidak?. Demi zat yang jiwaku ada dalam genggaman-Nya, tidak akan ia membawa sesuatu melainkan dihari Kiamat nanti ia akan memikul (kesalahannya) diatas pundaknya (HR Bukhari).



Ada cuplikan tulisan teman di milis yang intinya dia menuliskan secara psikologis dan long term relationship (diluar hukum Aquran dan Alhadist) seperti ini.



“Secara psikologi seperti di kejar kejar uang/pemberian/parcel hari ini, bulan ini, atau tahun ini dll, Jadi pada saat kita sedang bekerja sudah ada setitik niat diluar keikhlasan (bekerja karena Ibadah lillahitaala) kalau nantinya ada hadian/pemberian/parcell. Dan bagi saya itu merupakan beban tersendiri karena secara tidak langsung kita sudah di permainkan oleh barang barang yang tidak tentu/pasti (kalau gaji kan sudah pasti). Dan sehari-hari kita pun akan lebih ringan melangkah tanpa adanya pikiran-pikiran tentang pemberian/parcell/refund fee dll semacamnya, yang lebih utama adalah kita menerima sesuai dengan gaji kita. Belum lagi harus sembunyi sembunyi dari teman sekantor, hanya untuk menghindari rasa iri dan dikemudian hari apabila ada yg tahu pasti akan merasa malu dan risi jadi bahan gunjingan orang”



InsyaAllah saya pribadi bisa menghadapinya, dan menjadi bahan renungan kita semua. Semoga kita dapat mengikuti kata hati. Biasanya hati akan gelisah dan resah. Kalaupun ada yang merasa hatinya tenang-tenang saja menerima, mudah-mudahan diberikan petunjuk olehNya..amien



Siapa saja yang kami beri tugas melakukan sesuatu pekerjaan dan kepadanya telah kami berikan rizki (gaji), maka yang diambil olehnya selain itu adalah kecurangan (HR Abu Dawud).

Berhati-hati dengan “Salam”

Mungkin karena kesibukan, diantara kita sering menyingkat ucapan “salam” yang arti awalnya doa keselamatan justru menjadi “cacian” dan kata “jorok”. Lho bagaimana bisa? . Mungkin kita berpikir hmm..yang pentingkan niat kita nulisnya begitu tapi niatnya ngga gitu..

Ucapan ”Assalamu’alaikum”, السلام عليكم, merupakan anjuran agama, dan sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat beragama, dengan salam dapat menjalin persaudaraan dan kasih sayang, karena orang yang mengucapkan salam berarti mereka saling mendo’akan agar mereka mendapat keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kalian tak akan masuk surga sampai kalian beriman dan saling mencintai. Maukah aku tunjukkan satu amalan bila dilakukan akan membuat kalian saling mencintai? Yaitu, sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR Muslim dari Abi Hurairah)

Saya seringkali menerima sms atau e-mail dari beberapa kawan dan juga beberapa ustadz yang mengawali salamnya dengan singkatan. Singkatannya pun macam-macam. Ada yang singkat seperti “Asw” atau “Aslm“. Ada yang sedikit lebih panjang seperti ; “Ass Wr Wb” atau “Aslmwrwb” . Namun yang sering saya dapatkan, adalah singkatan “Ass“. Singkatan terakhir ini paling umum dan paling sering digunakan. Bagi saya, ini adalah singkatan yang tidak enak untuk dibaca, terlebih kalau mengerti artinya.

Marilah kita simak singkatan ini. Dalam kamus linguistik yang saya punya, arti dari kata Ass yang berasal dari bahasa Inggris itu adalah sebagai berikut;

“Ass” berarti: Pertama, kb. (animal) yang artinya keledai. Kedua, orang yang bodoh. Don’t be a silly (Janganlah sebodoh itu). Dan ketiga, Vlug (pantat).

Padahal seperti kita ketahui ucapan Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh adalah sebuah ucapan salam sekaligus doa yang kita tujukan kepada orang lain. Ucapan salam dalam Islam sesungguhnya merupakan do’a seorang Muslim terhadap saudara Muslim yang lain. Maka, apabila kita mengucap salam dengan hanya menuliskan “Ass“, secara tidak sadar mungkin kita malah mendoakan hal yang buruk terhadap saudara kita.

Kita paham, mungkin banyak orang diantara kita cukup sibuk dan ingin cepat buru-buru menulis pesan. Barangkali, singkatan itu bisa mempercepat pekerjaan. Karena itu, penulis menyarankan, jika memang keadaan sedang tidak memungkinkan untuk menulis salam lewat SMS dengan kalimat lengkap karena sedang menyetir di jalan, misalnya, solusinya cukup mudah adalah menulis pesan to the point saja. Tulislah “met pagi, met siang, met malam dan seterusnya. Ini masih lebih baik dibandingkan kita harus memaksakan diri menggunakan singkatan dari doa keselamatan Assalamu’alaikum menjadi “Ass” (pantat).

Jangan sampai awalnya kita ingin menyampaikan doa keselamatan yang terjadi justeru sebaliknya, mendoakan keburukan. Kalau boleh saya mengistilahkah, niat baik ingin berdoa, jadinya malah ucapan kotor.

Ucapan salam adalah ucapan penghormatan dan doa. Apabila kita dihormati dengan suatu penghormatan maka seharusnya kita membalas dengan sebuah penghormatan pula yang lebih baik, atau minimal, balaslah dengan yang serupa. Sesungguhnya Allah akan memperhitungkan setiap yang kamu kerjakan.

Hasa saja, kalau kita mengganti ucapan kalimat salam arti awalnya sangat mulia, maka, yang terjadi adalah sebaliknya, salah dan bisa-bisa menjadi umpatan kotor.

Karena itu, jika tidak berhati-hati, mengganggati ucapan Assalamu’alaikum (Semoga sejahtera atasmu) dengan menyingkatnya menjadi “Ass” (pantat), ini mirip dengan mengganti doa yang baik dengan mengganti dengan bahasa jalanan orang Jakarta, yang artinya kira-kira, berubah arti menjadi (maaf) “Pantat Lu!”

Singkatan ala Rasulullah
Meski nampak sederhana, ucapan salam sudah diatur oleh agama kita (Islam). Ucapan Assalamu alaikum السلام عليكم dalam Bahasa Arab, digunakan oleh kaum Muslim. Salam ini adalah Sunnah Nabi Muhammad SAW, intinya untuk merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia. Mengucapkan salam, hukumnya adalah sunnah. Sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya. Itulah agama kita.

Sebelum Islam datang, orang Arab terbiasa menggunakan ungkapan-ungkapan salam yang lain, seperti Hayakallah. Artinya semoga Allah menjagamu tetap hidup. Namun ketika Islam datang, ucapan itu diganti menjadi Assalamu ‘alaikum. Artinya, semoga kamu terselamatkan dari segala duka, kesulitan dan nestapa.

Ibnu Al-Arabi didalam kitabnya Al-Ahkamul Qur’an mengatakan, bahwa salam adalah salah satu ciri-ciri Allah SWT dan berarti “Semoga Allah menjadi Pelindungmu”.

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata bahwa Rasul bersabda, “Kamu tidak akan masuk surga hingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman hingga kamu saling mencintai (karena Allah). Apakah kamu maujika aku tunjukkanpada satu perkara jika kamu kerjakan perkara itu maka kamu akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu!” (HR. Muslim)

Abu Umammah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Orang yang lebih dekat kepada Allah SWT adalah yang lebih dahulu memberi Salam.” (Musnad Ahmad, Abu Dawud, dan At Tirmidzi)

Abdullah bin Mas’ud RA meriwayatkan Bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Salam adalah salah satu Asma Allah SWT yang telah Allah turunkan ke bumi, maka tebarkanlah salam. Ketika seseorang memberi salam kepada yang lain, derajatnya ditinggikan dihadapan Allah. Jika jama’ah suatu majlis tidak menjawab ucapan salamnya maka makhluk yang lebih baik dari merekalah (yakni para malaikat) yang menjawab ucapan salam.” (Musnad Al Bazar, Al Mu’jam Al Kabir oleh At Tabrani)

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Orang kikir yang sebenar-benarnya kikir ialah orang yang kikir dalam menyebarkan Salam.” Allah SWT berfirman didalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 86. Demikianlah Allah SWT memerintahkan agar seseorang membalas dengan ucapan yang setara atau yang lebih baik.

Bedanya agama kita dengan agama lain, setiap Muslim ketika mengucapkan salam kepada saudaranya, dia akan diganjar dengan kebaikan (pahala).

Dalam kaidah singkat menyingkat pun sudah diatur oleh Allah dan diajarkan kepada Rasulullah. Dalam suatu pertemuan bersama Rasulullah SAW, seorang sahabat datang dan melewati beliau sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum”. Rasulullah SAW lalu bersabda, “Orang ini mendapat 10 pahala kebaikan,” ujar beliau.

Tak lama kemudian datang lagi sahabat lain. Ia pun mengucapkan, “Assalamu‘alaikum Warahmatullah.” Kata Rasulullah SAW, “Orang ini mendapat 20 pahala kebaikan.” Kemudian lewat lagi seorang sahabat lain sambil mengucapkan, “Assalamu ‘alaikum warahmatullah wa baraokatuh.” Rasulullah pun bersabda, “Ia mendapat 30 pahala kebaikan.” [HR. Ibnu Hibban dari Abi Hurairah].

Nah dari tiga singkatan itu silahkanAnda pilih yang mana yang Anda inginkan tanpa harus menyingkatnya sendiri yang justru bisa menghilangkan nilai pahalanya. Tentu saja, jangan Anda lupakan, tiga singkatan itu sudah rumus dari Nabi yang dipilihkan untuk kita.

Satu hal lagi yang perlu diingat adalah ketika kita menuliskan kata Assalamu’alaikum, perlu diperhatikan agar jangan sampai huruf L nya tertinggal sehingga menjadi Assaamu’alaikum.

Karena apa ? Diriwayatkan bahwa dahulu ada seorang Yahudi yang memberi salam kepada Nabi dengan ucapan “Assaamu ‘alaika ya Muhammad” (Semoga kematian dilimpahkan kepadamu).
Dan kata assaamu ini artinya kematian. Kata ini adalah plesetan dari “Assalaamu ‘alaikum“. Maka nabi berkata, “Kalau orang kafir mengatakan padamu assaamu ‘alaikum, maka jawablah dengan wa ‘alaikum (Dan semoga atas kalian pula).” [HR. Bukhari]

Tulisan ini, mungkin nampak sederhana. Meski sederhana, dampaknya cukup besar. Boleh jadi, kita belum pernah membayangkannya selama ini. Nah, setelah ini, sebaiknya alangkah lebih baik jika memulai kembali menyempurnakan salam kepada saudara kita. Tapi andaikata memang kondisi tak memungkinkan, sebaiknya, pilihlah singkatan yang sudah dipilihkan Nabi kita Muhammad SAW tadi. Mungkin Anda agak capek sedikit tidak apa-apa, sementara sedikit capek, 30 pahala kebaikan telah kita kantongi.
[indra yogiswara,tinggal di Jakarta/www.hidayatullah.com]


Tebarkan salam

Bismillah wal hamdulillah wa sholatu wa salamu ’ala man laa nabiyya ba’dah.
Sedikit kupasan ceramah Ustad Akhmad Saikhu pagi ini. Beliau menyampaikan intisari dari kitab hadist untuk membiasakan diri menebarkan salam. Saat ini begitu banyak nilai-nilai dalam islam yang pada hari ini semakin terasa asing bila diterapkan dalam kehidupan. Salah satu contohnya adalah menebarkan salam antar sesama saudara kita yang muslim. Jikapun mampu diterapkan, itupun hanya sebatas terucapkan pada orang-orang yang kita kenal.

Sadarkah kita bahwa setiap muslim sesungguhnya bersaudara? Mungkin banyak dari kita yang lebih akrab dengan ucapan “Selamat pagi, selamat siang, ataupun selamat malam”. Padahal ucapan-ucapan tersebut jauh dan kering dari semangat persaudaraan jika dibandingkan dengan ucapan salam dalam islam, yakni
“Assalamu’alaikum”.

Ucapan salam dalam islam sesungguhnya merupakan do’a seorang muslim terhadap saudara muslimnya. 

"Namun, janganlah jadikan ucapan salam hanya sekedar ucapan layaknya ucapan selamat pagi ataupun selamat siang, yang terucap tanpa penjiwaan serta dibarengi ruh kasih sayang dan persaudaraan di dalamnya, karena sesungguhnya Assalaam merupakan nama dari nama-nama Alloh SWT yang diletakkan di bumi. (HR. Bukhari)
"

Selain itu Ustad Akhmad Saikhu juga menekankan untuk melakukan adab-adab bertamu yang tidak lepas dari adab memberi salam, seperti firman Allah dalam surat An Nur :

“Maka apabila kamu memasuki (suatu rumah dari) rumah- rumah (ini) hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkat lagi baik.” (An Nur: 61)


Ustad juga menyampaikan bahwa ada sahabat yang menanyakan kepada Rasulullah, wahai Rasul perihal apa yang baik dalam islam itu? Jawaban Rasul tertulis dalam hadis di bawah ini :

Dari Abdullah bin Salam, Rosulullah bersabda, “Wahai sekalian manusia, tebarkanlah salam di antara kalian, berilah makan sambunglah tali silaturahmi dan sholatlah ketika manusia tidur malam, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (Shohih. Riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)

Dari tulisan lain (aqidahislam.wordpress.com) disimpulkan secara garis besar etika salam adalah sbb :

1. Memulai salam adalah sunnah bagi setiap individu 
2. Menjawab salam hukumnya wajib, berdasarkan kesepakatan para ulama. 
3. Salam yang paling utama yaitu dengan mengucapkan Assalamu’alaikum warohmatullohi wa barokatuh, kemudian Assalamu’alaikum warohmatulloh dan yang terakhir Assalamu’alaikum. 
4. Menjawab salam hendaknya dengan jawaban yang lebih baik, atau minimal serupa dengan yang mengucapkan.
Allah berfirman “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (An Nisa: 86) 

Imron bin Husain berkata, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi seraya mengucapkan Assalamu ‘alaikum. Maka nabi menjawabnya dan orang itu kemudian duduk. Nabi berkata, “Dia mendapat sepuluh pahala.” Kemudian datang orang yang lain mengucapkan Assalamu ‘alaikum warohmatulloh. Maka Nabi menjawabnya dan berkata, “Dua puluh pahala baginya.” Kemudian ada yang datang lagi seraya mengucapkan Assalamu ’alaikum warohmatullohi wa barokatuh. Nabi pun menjawabnya dan berkata, “Dia mendapat tiga puluh pahala.” (Shohih. Riwayat Abu dawud, Tirmidzi dan Ahmad)

InsyaAllah kita bisa mengamalkannya, siapa lagi yang akan menghidupkan agama ini kalau bukan kita sendiri umat nabi Muhammad. Percayalah Allah masih memberikan kesempatan dunia ini karena masih adanya orang-orang mukminun yang menegakkan ajaran Islam yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasululah.

Ibadah yang membekas

Pada hakikatnya, ibadah ritual, apa pun bentuknya, seperti yang diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya—mengikuti alur pemikiran kaum ulama diharapkan dapat membekas di dalam jiwa pelakunya melalui upaya-upaya peresapan nilai-nilai mulia yang terkandung di dalamnya. Tetapi, saat ini nilai-nilai yang diresapi itu juga belum melahirkan dampak positif dalam bentuk hasil nyata kemanfaatan yang bernilai lebih baik jika terbatas hanya pada perolehan kemanfaatan untuk diri sendiri. Mungkin saya dan kita semua harus berusaha semoga nilai-nilai yang telah diresapi harus diaktualisasikan ke dalam bentuk amaliah positif kehidupan nyata.

Singkat kata, ibadah ritual, seperti shalat, puasa, zakat, atau haji, harus pula memberikan dampak positif bagi orang lain, tidak hanya bagi diri sendiri. Ibadah shalat, misalnya, jika diresapi maknanya secara lebih mendalam, lalu nilai-nilainya membekas dan diterapkan dalam kehidupan sosial, maka dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat. Inilah manfaat nyata yang disebutkan oleh Allah di dalam firman-Nya, “Dirikanlah shalat. Sesungguhnya, shalat itu mencegah keburukan dan kemungkaran.” (QS Al-‘Ankabut [29]: 45).

Dzikir dalam bentuk pujian | Subhanallah wa bihamdihi Subhanallahil adzim

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS 33 Al Ahzab : 41)

Kesempatan berharga bagi kita untuk menambah berat timbangan amal di akhirat kelak terbuka dengan mengucapkan dzikir pujian lainnya yaitu mengucapkan subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.

“Barangsiapa mengatakan Subhanallah wa bihamdihi” seratus kali dalam satu hari maka diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih ombak di lautan (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Diriwayatkan oleh at-Turmidzi bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa mengucapkan subhanallah wa bihamdihi maka akan ditanamkan baginya satu pohon kurma di surga.”

Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, “Dua kalimat yang ringan bagi lisan untuk mengucapkannya, berat ketika diletakkan di atas mizan (timbangan di akhirat), dan sangat dicintai oleh Dzat yang Maha Pengasih, yaitu subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.” (HR Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)

Dan Abu Dzar berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah saw amal apakah yang paling dicintai Allah swt. Beliau menjawab, ‘Yang telah dipilih Allah untuk para Malaikat-Nya, yaitu subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim.”

Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari "bahwa suatu ketika datang seorang lelaki mengeluhkan keadaannya kepada Rasulullah saw. Ia berkata, “Dunia ini telah berpaling dariku dan yang telah kuperoleh dari tanganku sangatlah sedikit.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau tidak pernah membaca doanya para Malaikat dan tasbihnya seluruh makhluk yang dengan itu mereka mendapat limpahan rezeki?” Lelaki itu bertanya, “Doa apakah itu wahai Rasulullah?” Rasulullah saw menjawab, “Subhanallah wa bihamdihi subhanallahil adzim, dan beristighfarlah kepada Allah sebanyak seratus kali diantara waktu terbitnya fajar hingga menjelang waktu shalatmu, dengan itu dunia akan tunduk dan merangkak mendatangimu, dan Allah menciptakan dari setiap kalimat tersebut Malaikat yang selalu bertasbih kepada Allah hingga hari kiamat dan untukmu pahalanya.”

Dzikir dalam bentuk pujian | Subhanallah

Subhanallah adalah salah satu bentuk pujian lainnya yang biasa disebut bertasbih atau Tanzi. Tasbih artinya mensucikan Allah dari segala cela dan kekurangan, mensucikan keagungan dan kekuasaanNya.h

Adapun zikir yang dimaksud di atas termasuk dari al-Baqiyatush shalihat (amalan-amalan yang kekal lagi shalih), sebagaimana diriwayatkan dalam hadits shahih, betapa agung, sempurna dan mulianya pujian Allah terhadap dzikir yang disebut sebagai al-Baqiyatush shalihat. Allah swt berfirman :

“Dan amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (QS 18 Al Kahfi :46)

Dalam hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :

“Aku berjumpa dengan Ibrahim as pada malam aku di isra`kan. Ia berkata kepadaku, ‘Wahai Muhammad, sampaikanlah salamku kepada umatmu. Beritahulah kepada mereka bahwa surga tanahnya sangat subur, airnya sangat jernih dan tanaman-tanamannya adalah subhanallah walhamdu lillah wala ilaha illallah wallahu akbar’.”

Pahala Tasbih diterangkan dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :

“Tidak adakah diantara kalian yang mampu untuk melakukan seribu kebaikan dalam satu hari? “Kami berkata,”Bagaimanakah itu wahai Rasulullah? “ Rasulullah saw bersabda, “bertasbihlah seratus kali makan akan ditulis bagi orang-orang yang melakukannya seribu kebaikan ataupun akan diampuni seribu keburukan darinya” (HR Muslim dan Tirdmidzi)

Tergiurkah mendapat seribu kebaikan hanya dengan seratus tasbih? InsyaAllah apa yang aku tuliskan bisa aku amalkan dan temen-temen yang baca juga mendapatkan manfaatnya untuk selanjutnya mengamalkannya..amien

Dzikir dalam bentuk pujian | Astaghfirulllah

Temen-temen, beberapa hari yang lalu sedikit ulasan berdzikir sempat di bahas. Dimana kita umat islam mempunyai warisan yang sangat berharga yaitu berdzikir. Berikut salah satu dzikir dalam bentuk pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan uraian tentang bagaimana Rasullullah saw melaksanakannya dan berapa jumlahnya. InsyaAllah hati dan jiwa kita terbuka untuk dapat melaksanakannya

Astaghfirulllah
Banyak ayat-ayat suci dalam Al Quran yang menyampaikan keutamaan memohon ampunan dari Allah dengan mengucapkan kalimat istighfar, diantaranya :

“Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun” (QS 71:10)

Sedangkan salah satu Hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam :
“Barangsiapa membiasakan istighfar, maka Alllah akan jadikan baginya jalan keluar dari setiap kesempitan dan penyelesaian dari setiap kesusahan serta akan diberikan kepadanya rizki dari jalan yang tidak pernah ia sangka-sangka” ( HR Abu Daud dan Ibnu Majah)

Adapun jumlahnya berdasarkan riwayat, dikatakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memohon ampunan kepada Allah (istighfar) lebih dari 100x dalam sehari atau sama dengan sekitar 5 menit sehari! Dari buku lain yang aku baca “160 kebiasaan Nabi Muhammad-tulisan Abduh Zulfidar Akaha” disampaikan bahwa paling tidak kebiasaan Rasul membaca istighfar 3x sehabis sholat dan 70x hingga 100x setiap hari.

"Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam apabila selesai dari sholatnya, beliau istighfar (meminta ampun) tiga kali dan beliau membaca : "Allahumma Antas salam wa minkas Salam tabarakta ya dzal Jalali wal Ikram" (Wahai Allah Engkau adalah As-Salam dan dari-Mulah keselamatan. Maha berkah Engkau wahai Pemilik Al-Jalal (keagungan) dan Al-Ikram (kemuliaan). (HS. Muslim)

Abu Hurairah Radiallahu 'anhu meriwayatkan bahwa dia mendengar Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda

“Demi Allah, sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepadaNya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari ( HR Al Bukhari)


Namun harus kita pahami yang sedikit dan berkelanjutan adalah lebih baik dari yang banyak tapi tidak menjadi kebiasaan. Sedangkan pahala istighfar telah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam haditsnya:

“Beruntunglah orang-orang dalam catatannya di akhirat kelak terdapat banyak istighfar (HR Ibnu Majah)

ayo gemar sholat sunnah Rawatib

Para ulama sangat memperhatian shalat sunnah Rawatib ini. Yang dimaksud dengan shalat sunnah Rawatib, yaitu shalat-shalat yang dilakukan Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam atau dianjurkan bersama shalat wajib, baik sebelum maupun sesudahnya. Ada yang mendefinisikannya dengan shalat sunnah yang ikut shalat wajib.(1) Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin mengatakan, yaitu shalat yang terus dilakukan secara kontinyu yang mendampingi shalat fardhu.

Bagaimanakah kedudukan shalat sunnah Rawatib ini, sehingga para ulama sangat memperhatikannya? 

Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab dari seorang hamba adalah shalatnya. Apabila bagus maka ia telah beruntung dan sukses, dan bila rusak maka ia telah rugi dan menyesal. Apabila kurang sedikit dari shalat wajibnya maka Rabb 'Azza wa jalla berfirman: "Lihatlah, apakah hamba-Ku itu memiliki shalat tathawwu' (shalat sunnah)?" Lalu shalat wajibnya yang kurang tersebut disempurnakan dengannya, kemudian seluruh amalannya diberlakukan demikian” (HR At-Tirmidzi).

Dari hadits tersebut, menjadi jelaslah betapa shalat sunnah Rawatib memiliki peran penting, yakni untuk menutupi kekurangsempurnaan yang melanda shalat wajib seseorang. Terlebih lagi harus diakui sangat sulit mendapatkan kesempurnaan tersebut, sehingga Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya seseorang selesai shalat dan tidak ditulis kecuali hanya sepersepuluh shalat, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempatnya sepertiganya, setengahnya” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

KEUTAMAAN SHALAT SUNNAH RAWATIB 
Ada beberapa hadits Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan keutamaan shalat sunnah Rawatib secara umum, dan ada juga yang khusus pada satu shalat sunnah Rawatib tertentu, seperti keutamaan shalat sunnah sebelum Subuh. 

Di antara hadits yang menunjukkan keutamaan shalat sunah Rawatib secara umum, ialah hadits Ummu Habîbah, yang berbunyi.

"Tidaklah seorang muslim shalat karena Allah setiap hari dua belas raka'at shalat sunnah, bukan wajib, kecuali akan Allah membangun untuknya sebuah rumah di surga”

Jumlah raka'at ini ditafsirkan dalam riwayat at-Tirmidzi dan an-NasA-i, dari hadits Ummu Habibah sendiri, yang berbunyi.

“Ummu Habibah berkata,"Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda :'Barang siapa yang shalat dua belas raka'at maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di surga; empat raka'at sebelum Zuhur dan dua raka'at setelahnya, dua raka'at setalah Maghrib, dua raka'at sesudah 'Isya`, dan dua raka'at sebelum shalat Subuh."

Fadilah Shalat Sunnah RAWATIB
Sebagaimana telah diuraikan pada awal uraian ini, shalat sunnah Rawatib ini didefinisikan dengan shalat yang terus dilakukan secara kontinyu mendampingi shalat fardhu. Demikian Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin memberikan definisinya, sehingga berkaitan dengan faidah shalat sunnah Rawatib ini, beliau memberikan penjelasan: "Faidah Rawatib ini, ialah menutupi (melengkapi) kekurangan yang terdapat pada shalat fardhu".




Dzikir adalah senjata

Banyak orang yang mengeluhkan berbagai macam kelelahan, kejenuhan, permasalahan hidup yang menjadi penghalang diri mereka di hadapan agama yang benar. Mereka mengatakan bahwa setiap ada keinginan untuk mendekatkan diri kepada Allah, timbul pula keinginan untuk kembali kepada kemaksiatan. Padahal, obatnya satu dan amat mudah sekali yaitu berdzikir kepada Allah!

Mungkin ada yang mencibir, menganggap rendah. Tapi ingatlah obat itu sangat mujarab. Sebab, Allah memberikan kepada manusia dua buah senjata yang selama hidup tidak boleh terlepas dari tangan. Senjata pertama adalah berdoa sedangkan senjata kedua adalah berdzikir kepada AlLAH. Kalau keduanya terlepas dari tangan maka musuh besar manusia yang tidak lain adalah setan akan menaklukkan kita.

Tadi dikatakan dzikir adalah ibadah yang mudah sekali dan sangat disukai oleh Allah. Namun sebenarnya ada suatu syaratnya yaitu jumlah yang banyak! inilah perbedaan antara ibadah dzikir dan ibadah lainnya yang jumlahnya terbatas. Maka kalau ada orang yang berakata “Hari ini aku telah berdzikir kepada Allah” kita akan kaget dan berkata “astaghfirullah, berdzikir hanya satu hari saja?

Mengapa harus banyak, inilah pertanyaan yang ada di benak kita semua. Apa kaitan ibadah ini dengan jumlah yang banyak itu? Ini juga menjadi pertanyaan kita semua.

Setelah mencari-cari tahu, mungkin ini yang pas sebagai jawabannya. Kata Dzikir berarti “tidak lupa” atau bisa juga lawan kata dari “Lupa”. Sementara arti ibadah Dzikir yang kita bahas di awal adalah “ingat kepada Allah”. Oleh karena itu ber-dzikir tidak cukup dilakukan sehari atau sekali kali.

Dalam cerita lain, seorang Tabi’in diceritakan bahwa ia berdzikir kepada Allah dan bertasbih sebanyak lima ratus kali (500x) setiap hari. Tentu kita tidak diharuskan untuk menyamainya, tetapi kita senantiasa berusaha dan berupaya . Semoga senjata di tangan kita semakin tajam


Toleransi Seorang Shalahuddin al-Ayubi

Pada suatu hari, Shalahudin al-Ayubi sedang duduk di dalam perkemahan. Di saat dia sedang serius memberikan wejangan, tiba-tiba ada seorang perempuan kafir berdiri di depan perkemahannya. Perempuan berwajah muram ini berteriak dengan suara yang memekakkan telinga, sehingga suasana menjadi gaduh. 

Melihat kejadian tersebut, para prajurit segera bertindak menjauhkan perempuan itu dari perkemahan. Namun, Shalahudin mencegah dan memerintahkan para prajurit agar membawa masuk perempuan itu. Begitu perempuan itu menghadap, pimpinan umat yang berhasil merebut kembali Jerusalem dari penguasaan Tentara Salib ini segera menanyakan hal yang menyebabkan perempuan itu bersedih. Ia menjawab, ''Anakku diculik dan suamiku disandera sebagai tawanan perang. Padahal, suamikulah yang memberikan nafkah buatku.'' 

Pernyataan perempuan tersebut membuat Shalahudin terharu. Seketika itu juga dia memerintahkan para prajurit agar segera melepaskan suami perempuan itu. Dia juga memerintahkan para prajurit, agar mencari anak yang hilang diculik. 

Mendapatkan perintah tersebut, secepat kilat para prajurit melaksanakannya. Sampai akhirnya berhasil mendapatkan anak yang diculik itu. Dan dengan segera pula, si anak diserahkan kepada ibunya. Betapa bahagianya perempuan itu mendapatkan suami dan anaknya kembali ke pangkuannya. 

Perempuan tersebut sangat berterima kasih serta memuji Shalahudin. Mendengar pernyataan dari perempuan itu, Shalahudin berkata, ''Kami tidak melakukan sesuatu apa pun, kecuali apa yang telah diperitahkan oleh agama kami.'' 

Mendengar ungkapan Shalahudin, perempuan itu lantas bertanya, ''Apakah agama tuan memerintahkan kasih sayang terhadap para musuh, serta membantu orang-orang yang lemah?'' ''Benar bunda,'' jawab Shalahudin. ''Islam adalah agama Allah di dunia ini. Agama-Nyalah yang senantiasa memberikan rahmat serta menjadi penyelamat bagi seluruh umat.'' 

Mendapat jawaban ini, perempuan itu tergugah benaknya. Ia pun bersyahadat bersama suaminya. ''Saya mencintai agama yang senantiasa bertoleransi dan mulia itu, seperti yang tecermin dari sifat-sifat dan akhlak tuan.'' 

Begitulah dakwah yang diajarkan Shalahudin. Ia menunjukkan dua hal sekaligus, Islam adalah agama yang santun dan mengajarkan toleransi. Dialah pemimpin Islam yang disebut dengan nada hormat, bahkan di kalangan pembesar Tentara Salib. Shalahudin menunjukkan, Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Islam membawa perasaan nyaman terhadap pemeluknya, juga membuat orang lain simpati.




warisan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Sedikit petikan dari buku yang di baca 

"Sekali waktu, Abu Hurairah pernah keluar rumah untuk pergi ke pasar dan berseru, "Wahai para pedagang, bersegeralah ke mesjid, karena warisan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tengah di bagi di sana!". Mendengar seruan itu mereka pun segera menuju mesjid. Namun mereka tidak menemukan sesuatu apapun di sana. Maka mereka segera kembali ke pasar dan menemui Abu Hurairah dan berkata kepadanya. "Kami tidak menemukan sesuatu apapun!" Abu Hurairah balik bertanya."Bagaimana bisa?" Mereka pun menjawab, "Kami memasuki mesjid dan tidak menemukan apapun", Lalu Abu Hurairah bertanya lagi, " Jadi apa yang kalian temukan?". Mereka menjawab, " kami dapatkan orang-orang yang tengah berdzikir kepada Allah" Abu Hurairah menjawab,"Itulah warisan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam!"

Ayo pelan-pelan kita menggalakkan berzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala

Banyak macam-macam Dzikir yang kita bisa lakukan 

1. Dzikir dalam bentuk pujian

2. Dzikir untuk waktu pagi dan sore 

3. Dzikir untuk siang dan malam

Namun yang penting, ayo kita tanamkan niat di dalam hati, semoga amalan perbuatan akan mendatangkan pahala dan ketenangan buat kita, amien

"Ingatlah, hanya dengan dzikir kepada Allah hati akan tenang" (QS Ar-Ra'd:28), insyaAllah semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik darinya..Amin ya Rabba al-Alamiin



Thariq Bin Ziyad, Sang Penakluk Spanyol

Setelah Rasulullah saw. wafat, Islam menyebar dalam spektrum yang luas. Tiga benua lama -Asia, Afrika, dan Eropa-pernah merasakan rahmat dan keadilan dalam naungan pemerintahan Islam. Tidak terkecuali Spanyol (Andalusia). Ini negeri di daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman Pemerintahan Kekhalifahan Bani Umaiyah.

Sebelumnya, sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai bangsa Gotic, Jerman. Raja Roderick yang berkuasa saat itu. Ia berkuasa dengan lalim. Ia membagi masyarakat Spanyol ke dalam lima kelas sosial. Kelas pertama adalah keluarga raja, bangsawan, orang-orang kaya, tuan tanah, dan para penguasa wilayah. Kelas kedua diduduki para pendeta. Kelas ketiga diisi para pegawai negara seperti pengawal, penjaga istana, dan pegawai kantor pemerintahan. Mereka hidup pas-pasan dan diperalat penguasa sebagai alat memeras rakyat.



Kelas keempat adalah para petani, pedagang, dan kelompok masyarakat yang hidup cukup lainnya. Mereka dibebani pajak dan pungutan yang tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan, dan budak. Mereka paling menderita hidupnya.

Akibat klasifikasi sosial itu, rakyat Spanyol tidak kerasan. Sebagian besar mereka hijrah ke Afrika Utara. Di sini di bawah Pemerintahan Islam yang dipimpin Musa bin Nusair, mereka merasakan keadilan, kesamaan hak, keamanan, dan menikmati kemakmuran. Para imigran Spanyol itu kebanyakan beragama Yahudi dan Kristen. Bahkan, Gubernur Ceuta, bernama Julian, dan putrinya Florinda -yang dinodai Roderick-ikut mengungsi.

Melihat kezaliman itu, Musa bin Nusair berencana ingin membebaskan rakyat Spanyol sekaligus menyampaikan Islam ke negeri itu. Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memberi izin. Musa segera mengirim Abu Zar’ah dengan 400 pasukan pejalan kaki dan 100 orang pasukan berkuda menyeberangi selat antara Afrika Utara dan daratan Eropa.

Kamis, 4 Ramadhan 91 Hijriah atau 2 April 710 Masehi, Abu Zar’ah meninggalkan Afrika Utara menggunakan 8 kapal dimana 4 buah adalah pemberian Gubernur Julian. Tanggal 25 Ramadhan 91 H atau 23 April 710 H, di malam hari pasukan ini mendarat di sebuah pulau kecil dekat Kota Tarife yang menjadi sasaran serangan pertama.

Di petang harinya, pasukan ini berhasil menaklukan beberapa kota di sepanjang pantai tanpa perlawanan yang berarti. Padahal jumlah pasukan Abu Zar’ah kalah banyak. Setelah penaklukan ini, Abu Zar’ah pulang. Keberhasilan ekspedisi Abu Zar’ah ini membangkitkan semangat Musa bin Nusair untuk menaklukan seluruh Spanyol. Maka, ia memerintahkan Thariq bin Ziyad membawa pasukan untuk penaklukan yang kedua.

Thariq bin Ziyad bin Abdullah bin Walgho bin Walfajun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-Shadaf, suku Barbar, penduduk asli daerah Al-Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Ia ahli menunggang kuda, menggunakan senjata, dan ilmu bela diri.

Senin, 3 Mei 711 M, Thariq membawa 70.000 pasukannya menyeberang ke daratan Eropa dengan kapal. Sesampai di pantai wilayah Spanyol, ia mengumpulkan pasukannya di sebuah bukit karang yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar -diambil dari bahasa Arab “Jabal Thariq”, Bukit Thariq. Lalu ia memerintahkan pasukannya membakar semua armada kapal yang mereka miliki.

Pasukannya kaget. Mereka bertanya, “Apa maksud Anda?” “Kalau kapal-kapal itu dibakar, bagaimana nanti kita bisa pulang?” tanya yang lain.

Dengan pedang terhunus dan kalimat tegas, Thariq berkata, “Kita datang ke sini bukan untuk kembali. Kita hanya memiliki dua pilihan: menaklukkan negeri ini lalu tinggal di sini atau kita semua binasa!”

Kini pasukannya paham. Mereka menyambut panggilan jihad Panglima Perang mereka itu dengan semangat berkobar.

Lalu Thariq melanjutkan briefingnya. “Wahai seluruh pasukan, kalau sudah begini ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian ada laut dan di depan kalian ada musuh. Demi Allah swt., satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Hanya itu yang dapat kalian andalkan.

Musuh dengan jumlah pasukan yang besar dan persenjataan yang lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian hanyalah pedang. Kalian akan terbantu jika kalian berhasil merebut senjata dan perlengkapan musuh kalian. Karena itu, secepatnya kalian harus bisa melumpuhkan mereka. Sebab kalau tidak, kalian akan menemukan kesulitan besar. Itulah sebabnya kalian harus lebih dahulu menyerang mereka agar kekuatan mereka lumpuh. Dengan demikian semangat juang kita akan bangkit.

Musuh kalian itu sudah bertekad bulat akan mempertahankan negeri mereka sampai titik darah penghabisan. Kenapa kita juga tidak bertekad bulan untuk menyerang mereka hingga mati syahid? Saya sama sekali tidka bermaksud menakut-nakuti kalian. Tetapi marilah kita galang rasa saling percaya di antara kita dan kita galang keberanian yang merupakan salah satu modal utama perjuangan kita.

Kita harus bahu membahu. Sesungguhnya saya tahu kalian telah membulatkan tekad serta semangat sebagai pejuang-pejuang agama dan bangsa. Untuk itu kelak kalian akan menikmati kesenangan hidup, disamping itu kalian juga memperoleh balasan pahala yang agung dari Allah swt. Hal itu karena kalian telah mau menegakkan kalimat-Nya dan membela agama-Nya.

Percayalah, sesungguhnya Allah swt. adalah penolong utama kalian. Dan sayalah orang pertama yang akan memenuhi seruan ini di hadapan kalian. Saya akan hadapi sendiri Raja Roderick yang sombong itu. Mudah-mudahan saya bisa membunuhnya. Namun, jika ada kesempatan, kalian boleh saja membunuhnya mendahului saya. Sebab dengan membunuh penguasa lalim itu, negeri ini dengan mudah kita kuasai. Saya yakin, para pasukannya akan ketakutan. Dengan demikian, negeri ini akan ada di bawah bendera Islam.”

Mendengar pasukan Thariq telah mendarat, Raja Roderick mempersiapkan 100.000 tentara dengan persenjataan lengkap. Ia memimpin langsung pasukannya itu. Musa bin Nusair mengirim bantuan kepada Thariq hanya dengan 5.000 orang. Sehingga total pasukan Thariq hanya 12.000 orang.

Ahad, 28 Ramadhan 92 H atau 19 Juli 711 M, kedua pasukan bertemu dan bertempur di muara Sungai Barbate. Pasukan muslimin yang kalah banyak terdesak. Julian dan beberapa orang anak buahnya menyusup ke kubu Roderick. Ia menyebarkan kabar bahwa pasukan muslimin datang bukan untuk menjajah, tetapi hanya untuk menghentikan kezaliman Roderick. Jika Roderick terbunuh, peperangan akan dihentikan.

Usaha Julian berhasil. Sebagian pasukan Roderick menarik diri dan meninggalkan medan pertempuran. Akibatnya barisan tentara Roderick kacau. Thariq memanfatkan situasi itu dan berhasil membunuh Roderick dengan tangannya sendiri. Mayat Roderick tengelam lalu hanyat dibawa arus Sungai Barbate.

Terbunuhnya Roderick mematahkan semangat pasukan Spanyol. Markas pertahanan mereka dengan mudah dikuasai. Keberhasilan ini disambut gembira Musa bin Nusair. Baginya ini adalah awal yang baik bagi penaklukan seluruh Spanyol dan negara-negara Eropa.

Setahun kemudian, Rabu, 16 Ramadhan 93 H, Musa bin Nusair bertolak membawa 10.000 pasukan menyusul Thariq. Dalam perjalanan ia berhasil menaklukkan Merida, Sionia, dan Sevilla. Sementara pasukan Thariq memabagi pasukannya untuk menaklukkan Cordova, Granada, dan Malaga. Ia sendiri membawa sebagian pasukannya menaklukkan Toledo, ibukota Spantol saat itu. Semua ditaklukkan tanpa perlawanan.

Pasukan Musa dan pasukan Thariq bertemu di Toledo. Keduanya bergabung untuk menaklukkan Ecija. Setelah itu mereka bergerak menuju wilayah Pyrenies, Perancis. Hanya dalam waktu 2 tahun, seluruh daratan Spanyol berhasil dikuasai. Beberapa tahun kemudian Portugis mereka taklukkan dan mereka ganti namanya dengan Al-Gharb (Barat).

Sungguh itu keberhasilan yang luar biasa. Musa bin Nusair dan Thariq bin Ziyad berencana membawa pasukannya terus ke utara untuk menaklukkan seluruh Eropa. Sebab, waktu itu tidak ada kekuatan dari mana pun yang bisa menghadap mereka. Namun, niat itu tidak tereaslisasi karena Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik memanggil mereka berdua pulang ke Damaskus. Thariq pulang terlebih dahulu sementara Musa bin Nusair menyusun pemerintahan baru di Spanyol.

Setelah bertemu Khalifah, Thariq bin Ziyad ditakdirkan Allah swt. tidak kembali ke Eropa. Ia sakit dan menghembuskan nafas. Thariq bin Ziyad telah menorehkan namanya di lembar sejarah sebagai putra asli Afrika Utara muslim yang menaklukkan daratan Eropa.

dakwatuna.com