Semoga waktuku bersamanya menjadi warisan yang terbaik

Malam ini adalah malam ketiga aku tidur berdua bersama putra pertamaku di sebuah kamar perawatan rumah sakit. Mamanya hanya bisa ikut menemaninya di malam kedua, karena mamanya perlu menemani adiknya yang paling kecil di rumah. Iya, putra pertamaku sedang menjalankan perawatan di salah satu rumah sakit, dan Alhamdulillah kondisinya saat ini sudah membaik.

Banyak hal yang kami bicarakan selama berdua, kadang pembicaraan serius kadangkala bercanda dan tak jarang pembicaraan serius di interupsi dengan kalimat konyol dan tak serius yang keluar tiba-tiba dari mulutnya, he he biasalah anak-anak.

Selama kebersamaan dengannya pasti selalu kusisipkan kalimat-kalimat yang harapannya memberikan keyakinan kepadanya bahwa sakit yang dia hadapi adalah cobaan dari yang maha kuasa Allah swt. Bukan karena Allah jahat kepada ciptaannya, tapi sebaliknya karena Allah sayang kepada ciptaanNya. Allah ingin mengingatkan kamu untuk selalu mengingat Allah dikala sehat, dikala sakit, dikala lapang, dikala sulit dan selalu bersabar menghadapinya. Dan ingat, Allah dengan mudah memberikan ujian kepada makhluknya.

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” QS 2. Al Baqarah : 155.

Ya begitulah, setiap saat kesempatan aku selalu mengingatkan hal-hal tersebut kepadanya, semoga di saat seperti ini dia bisa memahami dengan baik arti sebuah cobaan yang diberikan kepadanya, aku tidak mau dia berburuk sangka kepadaNya.

Waktu Isya telah tiba..aku tidak beranjak ke Mushola ataupun Mesjid, karena beribu alasan memang sebagai sifat buruk manusia, iya, aku tidak memungkinkan meninggalkan anakku karena dia memang tidak berani ditinggal sendirian di kamar.

Disaat akan memulai sholat, sekonyong-konyong..dari tempat tidurnya, anakku berucap “Pa, aku gimana nih..aku ngga sholat?”. Subhanallah dan astaghfirullah bercampur terucap dalam hati, iya aku melupakan sesuatu. Entah karena naluri orang tua yang kasihan kepada anaknya yang sedang sakit, sehingga aku tidak berharap dia menjalankan dulu kewajibannya untuk menyembah sang Khalik. Hmm, merasa bersalah muncul karena di sisi lain aku selalu mengingatkan kepadaNya untuk selalu mengingat Allah dalam kondisi apapun namun di sisi lain aku tidak memberikan contoh yang baik. Mungkin hal-hal seperti ini sering terjadi selama ini.

Kadangkala anak-anak dan istri kita membuat kita lalai untuk mengajak mereka menjalankan segala perintahNya. Entah karena alasan kasihan, belum waktunya, dan banyak lagi alasan-alasan lainnya. Kadangkal ada satu waktu sebagai orang tua menyampaikan perintah-perintahNya dan ajaran Rasulullah saw, tapi di saat yang berbeda memberikan toleransi, keringanan kepada anak-anaknya untuk sementara mengabaikan dengan alih-alih kasihan dan sejenisnya, dan aku termasuk orangnya, mungkin ada banyak solusi yang bisa aku ambil sehingga memungkinkan aku untuk melakukan sholat wajib itu di Mushola terdekat.

“Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi” QS 63. Al Munaafiquun ayat 9

Dan aku yakin peringatan dari Allah kepadaku telah keluar dari mulut anakku yang terkapar di tempat tidurnya. Akhirnya kami melakukan sholat berjamaah, walau dia tetap melakukannya sambil berbaring di tempat tidurnya. Terdengar suara “amiiin” dari mulut kecilnya dikala aku usai membaca surat Al Fatihah. Subhanallah..aku merasakan moment--moment yang kembali menggugah hatiku. Aku belajar dari anakku dan aku mencoba untuk menyampaikan sedikit demi sedikit ilmu kepadanya tentang tujuannya makhluk diciptakan..
Ya Allah berikanlah kekuatan kepada diri kami sebagai orang tua untuk membimbing anak-anak kami yang telah kau titipkan kepada kami. Berikanlah kelapangan kepada kami untuk membimbing mereka.

Semoga waktu-waktuku bersama anak-anakku menjadi warisan yang terbaik yang dapat aku berikan kepadanya

Mungkin kita masih ragu

Bencana di negeri ini terus melanda silih berganti. Kerisauan di hati muncul, mengingatkan diri sendiripun tak luput sembari mengingatkan sanak saudara untuk mencoba mengambil hikmahnya, berdoa dan banyak beristighfar. Tak dipungkiri hati ini dan kemungkinan kebanyakan orang akan tersadarkan ketika bencana itu ditunjukkan nyata. Namun dikala bencana itu tak dialami langsung dan telah berlalu, perbuatan dosa (maksiat)-pun kembali dilakukan, mengingatNya pun seadanya, ketaatanpun kadang tertinggalkan.

Mungkin kita masih ragu dengan musibah-musibah yang diberikan olehNya sebagai ujian dan azabNya..kalimat inilah yang mungkin perlu kita pertanyakan. Bencana tersebut kalo di analisa dengan ilmu pengetahuan mungkin bisa masuk akal dan bisa di nalar, bahwa kita sudah harus siap menerima itu semua sewaktu-waktu, resiko kita berada di atas lempengan bumi.

Ada pernyataan yang sempat memicu aku menuliskan tulisan ini. Muncul ketika kusampaikan berita bahwa di Sumatera Barat terjadi gempa lagi dengan kekuatan yang cukup membuat kepanikan dan kehancuran. jawabnya "ada dosa apa dengan orang-orang padang ya? " hmm..aku berujar mungkin kita jangan berpikiran sempit begitu. Mungkin kita coba sedikit ambil hikmahnya bahwa bencana yang ada adalah ujian dan adzab dariNya terhadap penghuni bumi ini. Apakah ketika kita sakit gigi, artinya Allah hanya memberikan ujian kepada gigi itu, tidakkan?..Allah sedang memberi ujian kepada seluruh tubuh pemilik gigi yang sakit itu.

dalam Al Quran kita sempat diingatkan QS 6 Al An'aam: 64 Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya."

Semoga kita tidak terlena dengan selamatnya kita hari ini dari bencana-bencana itu, dan jangan terlalu yakin bencana-bencana di daerah lain hanyalah hukuman bagi yang mengalaminya. Sehingga kita kembali ke dalam kehidupan dunia yang kembali melupakan kebesaranNya.

Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"." QS 6 Al An'aam: 63

Ayo saudaraku, ilmu agamaku tak ada apa-apanya, tapi jika aku menunggu aku mempunyai ilmu yang tinggi baru kemudian aku mengingatkan, mungkin aku takut itu akan terlambat. Umur umat Nabi Muhammad saw telah ditetapkan tidak panjang..tapi kewajiban untuk saling mengingatkan telah dibebankan kepundak umat islam. walau takut yang diingatkan akan pecah hati, tapi tertutupi dengan kasih sayang kucoba selalu beranikan diri untuk selalu mengingatkan..walau diri juga masih perlu diperbaiki.

www.sikathati.com

Teliti Aibmu Sendiri

Hasan Al Bashri berkata;

"Engkau tidak akan memperoleh hakikat iman selama engkau mencela seseorang dengan sebuah aib yang ada pada dirimu sendiri. Perbaikilah aibmu, baru kemudian engkau perbaiki orang lain.
Setiap kau perbaiki satu aibmu, maka akan tampak aib lain yang harus kau perbaiki. Akhirnya kau sibuk memperbaiki dirimu sendiri. Dan sesungguhnya, hamba yang paling dicintai Allah adalah dia yang sibuk memperbaiki dirinya sendiri."

Sepanjang sejarah kehidupan manusia, tidak ada hari seperti hari kiamat dimana aib terbuka dan mata menangis.

menciptakan rasa syukur kepadaNya

Kenyataan yang kita hadapi memang seringkali tidak sesuai dengan harapan. Banyak impian yang belum terwujudkan sesuai dengan keinginan. Tekanan dan tantangan hidup kian memancing kita untuk lebih sering mengeluh daripada bersyukur.



Kalupun kita bisa bersyukur, itu juga karena setelah ditunjukkan hikmahnya oleh Allah. Entah itu diberikan kesembuhan setelah sakit, diberikan keselamatan dikala terjadi musibah, terasa kenyang ketika masih mendapatkan makanan, mampu membeli sesuatu yang dimpikan, mendapat rejeki yang tak terduga, dan sebagainya. Mungkin semua tidak salah ketika setelah kita merasakan nikmatnya baru kita bersyukur. Namun aku sempat berfikir dalam hati, sebegitu egoisnyakah aku. Seharusnya aku bisa lebih baik lagi mengenai sifat-sifatNya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah melimpahkan begitu banyak karunianya kepada kita, sehingga ketika kita ingin menghitungnya niscaya kita tidak mampu untuk menghitungnya. Maka aku merasa takut kalau kalau rasa syukur itu hanya kusampaikan ketika menerima rahmatNya. Aku takut banyak nikmat yang terlupakan olehku.

"Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah) maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." (QS:14 ayat 8)

Mencoba membimbing mata hati untuk mencoba lebih peka untuk menggali, mencari, merasakan nikmat-nikmatNya yang telah kulupkan untuk bersyukur tanpa perlu Dia menunjukkan kepadaKu, tanpa dia mengingatkanku. Iya memang tak terhitung nikmatnya seperti kiasan pohon sebagai pena dan air lautan sebagai tintanya tak sanggup untuk menuliskannya.

Ternyata nikmat-nikmat itu banyak kita temukan jika kita ingin. Tak hanya kesehatan, tak hanya rejeki yang kadang selalu kita konotasikan dengan uang (terlalu hina jika kita seperti itu). Nikmat penciptaan, nikmat diberikan kebutuhan selama hidup mungkin ini hal yang utama. Selama perjalanan mencoba merasakan sekeliling merasakan karuniaNya..alhamdulillah ..subhanallah..

Mari kita sibukkan sejenak otak kita untuk memikirkan begitu banyak kenikmatan yang telah kita terima, dan mengagumi begitu indah anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang selama ini kita nikmati. Ungkapkan rasa syukur atas semua kenikmatan yang Anda rasakan melalui doa dan kata-kata yang baik.

Semoga saya dan kita semua semakin pandai mensyukuri nikmat karunia Allah Subhanahu Wa Ta'ala , sehingga kita akan semakin mudah menciptakan perubahan luar biasa, misalnya; hidup lebih tenang, perasaan lebih peka, penampilan lebih segar, dan menyenangkan, serta hidup lebih sukses dan bahagia dan hendaknya kita senantiasa mensyukuri nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan menggunakan nikmat-nikmatnya di jalan yang Allah ridhoi


pendengaran dan penglihatan

Siang ini membaca sebuah ayat dalam Al Quran dan mencoba kembali menuliskan apa yang bisa dituliskan.

Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah Tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga) | Al Anam QS:6 ayat 46



Mata dan telinga serta hati seseorang dalam ayat tersebut menjadi inti utama dan begitu juga hati. Kalau diperhatikan memang dari dua media ini yang membuat seseorang memandang sesuatu, menilai sesuatu. Dengan kata lain dapat disimpulkan suara dan penglihatan dari luar di teruskan oleh telinga dan matanya ke dalam hati. Kemudian hati yang mencoba untuk merenungi apa yang di dengar dan dilihat untuk mengambil pelajaran. Inilah salah satu anugrah HIKMAH yang diberikan oleh Allah untuk bisa mempelajari sesuatu yang baik dan untuk selanjutnya mencari kebenaran-kebenaran dan akhirnya mendapat HIDAYAH untuk dituntun kepada Sang Khaliq Allah swt.

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena keimanannya, …. QS:10 Yunus Ayat 9

Namun apabila kegunaan telinga dan mata itu belum bekerja seperti yang diharapkan maka belum tercapailah maksud penciptaannya. Apabila mata dan telinga ini tidak lagi mampu memberikan yang baik kepada hati, lambat laun hati tidak lagi bisa membimbing manusia untuk memahami apa yang didengar dan dilihatnya. Orang tidak akan merasakan lagi bahwa dirinya sedang ditimpa cobaan, orang tidak lagi merasa bersalah ketika menyakitkan orang, orang tidak lagi merasa bersalah kala meninggalkan kewajiban beribadah, orang akan lupa bahwa dirinya dibayang-bayangi malaikat maut, Nasehat dari saudaranya pun tak mengena di hatinya, tidak pernah mengambil pelajaran dari orang sekitarnya

Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran, penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur (QS:23 Al Mu'minun Ayat 78)

Semoga Allah yang maha Pengampun dan Bijaksana tidak menutup pendengaran, penglihatan dan matahati kita:

Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka], dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS:2 Al Baqarah Ayat 7)
Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. (QS:6 Al An'aam Ayat 110)


Doa khusnul khotimah dan saat ajal menjemput

Doa supaya meninggal dalam keadaan khusnul khotimah

اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
Allahummakhtim lanaa bil islaam, wakhtim lanaa bil imaan, wakhtim lanaa bihusnil khootimah
“Ya Allah, akhirilah hidup kami dengan islam, akhirilah hidup kami dengan membawa iman, akhirilah hidup kami dengan husnul khotimah”


Doa menjelang ajal menjemput
Allahumafighfirli warhamni wa alhiqni bir rafiqil a’la : Ya Tuhanku, ampunilah dosaku , rahmatilah aku dan pertemukanlah aku dengan teman yang mulia (malaikat) : Imam Malik, Muwaththa – Kitab Al Jana’iz:501





Doa Hari Kesepuluh Ramadhan

Allâhummaj’anî fîhi minal mutawakkilîna ‘alayka, waj’alnî fîhi minal fâizîna ladayka, waj’alnî fîhi minal muqarrabîna ilayka, bi-ihsânika yâ Ghâyatath thâlibîn.

Ya Allah, jadikanlah aku di bulan yang mulia ini tergolong pada orang-orang yang bertawakkal pada-Mu, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang beruntung, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang mendekatkan diri pada-Mu, dengan kebaikan-Mu wahai Tujuan orang-orang yang berharap. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 3).




Merutinkan Dzikir di Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
 
"Ya Rasulullah, amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Engkau berpisah dari dunia dalam keadaan lisanmu basah dengan berdzikir pada Allah." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Dzikir Ketika Melihat Hilal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat hilal beliau membaca,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِِيمَانِ ، وَالسَّلامَةِ وَالإِِسْلامِ ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

“Allahumma ahillahu ‘alayna bilyumni wal iimaani was salaamati wal islaami. Robbii wa Robbukallah. [Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah]” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ad Darimi).

Ucapan Ketika Dicela atau Diganggu (Diusilin) Orang Lain
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”.” (HR. Ibnu Majah).

An Nawawi mengatakan, “Termasuk yang dianjurkan adalah jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka katakanlah “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”, sebanyak dua kali atau lebih. 

Do’a Ketika Berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka membaca,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah [Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah]” (HR. Abu Daud)
.
Adapun mengenai do’a berbuka yang biasa tersebar di tengah-tengah kaum muslimin : “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu ....”, 

Do’a Kepada Orang yang Memberi Makan dan Minum
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

للَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“Allahumma ath’im man ath’amanii wasqi man saqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku] (HR. Muslim). 

Do’a Ketika Berbuka Puasa Di Rumah Orang Lain 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

“Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). 

Do’a Setelah Shalat Witir
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pada saat witir membaca surat “Sabbihisma Robbikal a’laa” (surat Al A’laa), “Qul yaa ayyuhal kaafiruun” (surat Al Kafirun), dan “Qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas). Kemudian setelah salam beliau mengucapkan

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
“Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan beliau mengeraskan suara pada bacaan ketiga. (HR. Abu Daud dan An Nasa-i).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan di akhir witirnya,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Allahumma inni a’udzu bika bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik” [Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan kesalamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri]. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa-i dan Ibnu Majah. ).

Do’a di Malam Lailatul Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, ”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ [Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku].” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Wasaalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,



Rumah Baca Al-Rasyid 


ber-Tobat-lah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. “……seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di bawah gunung yang ia khawatirkan akan menimpanya, sementara seorang fajir (jahat) melihat dosanya seperti melihat seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya lalu menepisnya dengan tangannya….Nabi saw pernah bersabda “Kebahagiaan Allah terhadap tobat hambaNya lebih besar daripada kebahagian seorang lelaki yang menemukan tunggangannya yang hilang padahal dia berada di tempat yang berbahaya…”


Ber-Uzlah menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran.

Untuk mengobati penyakit hati ada banyak cara yang bisa ditempuh, tetapi yang paling ampuh dan bermanfaat ialah dengan cara mengasingkan diri dari keramaian hiruk pikuk manusia atau dikenal dengan Uzlah yaitu melakukan perenungan, menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran.

Dengan beruzlah, secara lahir seseorang menjadi terhindar dari pergaulan orang-orang yang tidak patut untuk dipergauli dan selamat dari orang-orang yang akan memasukkan bahaya dan pengaruh negative dengan sebab mempergaulinya.

Oleh sebab itu, adalah menjadi keharusan bagi orang yang beruzlah untuk menahan lisannya dari bertanya tentang berita orang-orang di luar mengenai kesibukan dan apa saja yang terjadi pada mereka. Juga berkewajiban menjaga pendengarannya dari mendengarkan berita tentang dan keadaan mereka

Bagi orang yang beruzlah hendaklah menjauhi dan berlari dari semua itu, sebagaimana berlarinya menjauh dari binatang buas. Sama sekali janganlah bermitra dengan orang semacam itu. Hendaklah ia mengingkari orang yang dikenalnya yang tidak dapat menjaga lidah, apalagi terhadap mereka yang tidak dikenal, untuk menjaga agamanya


Didalam akhbar tentang kaum terdahulu disebutkan bahwa Allah swt. Berfirman kepada Nabi Musa as. :
“Wahai putera Imran, jadilah Anda selalu terjaga dengan penuh kesadaran, janganlah diri Anda merasa tenang dengan seorang teman. Karena seorang saudara atau teman yang tidak mendorong dan meluruskan Anda untuk berbuat baik kepada-Ku, pada dasarnya dia adalah musuh Anda.”

Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw. Bahwa beliau bersabda : 

“Sesungguhnya sesuatu yang paling Aku takutkan terjadi pada umatku adalah, lemahnya keyakinan (iman).” Dan lemahnya keyakinan itu hanya akan terjadi karena pengaruh melihat orang-orang yang lalai dan bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat kebatilan dan kekerasan.

Responsif dengan suara adzan


Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari yang merupakan media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap Maha yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw. Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan.
Namun, bagi kita kaum muslimin, adakah adzan ini merupakan sesuatu yang menyentuh kita, adakah kita merasakan bahwa adzan ini bukanlah hanya panggilan mu’adzin untuk bersegera melakukan sholat namun bahkan ini adalah panggilan syahdu Allah SWT pada hambaNya melalui suara muadzin. Seberapa jauhkah respons kita pada panggilan tersebut?

Mulai dari keutamaan muadzin (yang mengumandangkan adzan) hingga memenuhi panggilannya dengan sholat berjamaah pernah di ungkapkan Rasulullah saw: "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian kemudian tidak mendapati kecuali harus melakukan undian untuk mendapatkannya niscaya mereka melakukan undian, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera melaksanakan shalat niscaya mereka berlomba kepadanya, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Shubuh niscaya mereka datang kepadanya sekalipun dengan merangkak". Dalam kesempatan lainnya Rasullullah saw juga mengungkapkan rasa gembira sekali jika adzan akan dikumandangkan oleh Bilal bin Raba' dan beliau juga meminta kepada Bilal untuk mengumandangkannya semerdu mungkin. Mendengar keistimewaan muadzin ini dijaman Rasulullah ada seorang lelaki berkata kepada Rasullullah saw bahwa dia ingin juga mendapatkan seperti muadzin itu, dan kemudian Rasullullah saw bersabda: "Ucapkanlah sebagaimana yang mereka ucapkan, dan kemudian apabila kamu telah mengucapkannya maka mintalah (kepada Allah swt) niscaya kamu diberi". (HR. Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban), Menurut Syaikh Nashiruddin Al-Albani hadish ini hasan.

Tapi kalau kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari sa'at ini, kadang kita telah sengaja atau tidak sengaja mengacuhkan panggilan Allah ini (adzan). Jangan kan menjawabnya untuk mendengar-kannya kita merasa tidak punya waktu dan bahkan dengan tidak sengaja atau disengaja justru kita berbicara, menonton teve, mendengar radio, tape dsb. selama adzan dikumandangkan dan yang lebih ekstrim lagi kita justru membesarkan volumenya seolah-olah kita terganggu dengan seruan adzan tersebut. .... Astaghfirullah al-adzim......

Marilah mulai sa'at ini kita jadikan adzan itu sebagai nada musikal yang paling merdu dan yang sangat kita tunggu-tunggu di setiap waktu shalat dan bersungguh-sungguh untuk menjawabnya dan berdoa sesudahnya. Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa ketika mendengarkan adzan dan berdoa: "Ya Allah, seruan yang sempurna ini dan shalat yang berlangsung, berikanlah wasilah (kedudukan) dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkanlah ia pada maqam yang terpuji yang pernah Engkau janjikan", maka ia berhak mendapat safa'atku pada hari kiamat" (H.R. Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi). Dan dalam hadist lainpun Rasullullah saw bersabda: "Do'a antara adzan dan iqamat tidak ditolak". (HR Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban). Sedangkan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa dengan tambahan kata: "Maka berdo'alah". Akankah kita abaikan kesempatan ini???

Berbahagialah orang yang rumahnya dekat dengan masjid yang senantiasa mendengar alunan nada merdu dan sholat berjamaah dimasjid. Dan bagi kita yang jauh dari mesjid dan juga karena jarangnya masjid dan sudah barang tentu jarang sekali mendengar adzan, tetapi jika hati kita selalu di masjid dan Insya Allah hati kita pun akan dengan sendirinya menyenandungkan adzan-adzan tersebut, dan akan juga selalu mencari dari sumber adzan dikumandangkan dan shalat berjamaah disana...

Wallahu’alam

Komunitas Pencinta Mesjid



program kegiatan menghadapi Ramadhan

Ide sudah ada, langkah untuk menuliskan belum tertuangkan, alhamdulilah ada sedikit cahaya menuntun untuk segera menuliskan dan menjadi pedoman menghadapi bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba.

Niat hati membuat program kegiatan selama persiapan puasa Ramadhan yaitu di bulan Sya'ban yang tidak terasa sudah berlalu 10 hari pertama dan program kegiatan selama Ramadhan. 

Berikut beberapa program yang di susun walau belum yakin apakah bisa dilaksanakan semaunya. Ingat nasehat seseorang bahwa semua tergantung niatnya ...bener juga sih 

Program besar di bulan Sya'ban 

  1. Membaca setengah juz sehari di awal Sya’ban, dan satu juz sehari di separuh Sya’ban kedua.
  2. Melaksanakan qiyamullail dua rekaat dan satu witir.
  3. Bersedekah dua kali dalam satu pekan, dengan nilai tertentu.
  4. Memberi makan fakir-miskin sekali dalam sepekan, sesuai kemampuan.
  5. Membiasakan shaum Senin dan Kamis dan puasa di hari tasyrik 13,14,15 bulan Hijriyah
  6. Mengikuti dan mengantarkan jenazah setiap satu pekan.
  7. Menjaga dzikir selesai shalat dan dzikir pagi dan petang.
  8. Memelihara shalat lima waktu berjama’ah di masjid.
  9. Melaksanakan shalat sunnah rawatib yang mu’akkad (sangat dianjurkan), seperti, dua rakaat sebelum fajar, dua rakaat ditambah dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya’.

Program di bulan Ramadhanpun belum sempurna dipikirkan, namun yang pasti seperti yang dituliskan di editorial dakwatuna.com disampaikan bahwa 20 hari pertama Ramadhan adalah kesempatan menghimpun keta’atan dan pensucian jiwa dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan fadhoilul a’mal. 10 hari akhir Ramadhan adalah kesempatan berlipat bagi yang merasa kehilangan keutamaan 20 hari pertama Ramadhan sebelumnya. Allah menjadikan 10 hari akhir Ramadhan ini bak minyak kesturi perpisahan, lebih khusus lagi dengan hadiah lailatul qadar. Malam yang lebih baik dari 83 tahun beberapa bulan dalam sejarah manusia.

para pembaca silahkan tambahkan ya :)

Tujuh semangat menyambut Ramadhan.

di cuplik dari Eramuslim 

Paling tidak ada tujuh semangat guna menyambut Ramadhan.

Pertama, meninggalkan dosa dan maksiat. Karena perbuatan ini melemahkan semangat dan melumpuhkan tekad. Imam Syafi’i pernah mengadu pada gurunya:

Ku mengadu pada Waki’ (nama gurunya) soal hafalanku yang jelek
Ia menyarankanku untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada pelaku maksiat

Kedua, berteman dengan orang yang mempunyai semangat tinggi dan kesungguhan berlebih. Rasulullah saw. Bersabda :

Seseorang tergantung agama temannya. Oleh karena itu hendaknya ia melihat siapa temannya.” Disahihkan Al Albani.

Menjadikan mereka sebagai teman karena Allah adalah ibadah. Cukuplah sebagai contoh, seekor anjing yang juga akhirnya dimuliakan gara-gara dia menemani orang-orang pilihan.

Ketiga, yakin dengan kemampuan diri sendiri. Karena Allah swt. yang menentukan kapasitas dan potensi masing-masing, sehingga manusia menjadi dirinya sendiri. Bagaimana tidak meledakkan kekuatan dalam diri sendiri, padahal alam maya pada ini ditundukkan untuk manusia. Manusia menguasinya.

Keempat, memperbanyak membaca keutamaan bulan agung ini. Membaca janji Allah swt. bagi shaaimin, qaaimin dan dzaakirin.

Kelima, mengenal kondisi salafus shalih dalam bulan Ramadhan. Bagaimana mereka menyambut Ramadhan. Bagaimana mereka memperlakukan dan Ramadhan dalam kehidupan mereka.

Keenam, menuliskan target yang ingin dicapai di bulan Ramadhan. Contohnya, berapa mengkhatamkan Al Qur’an, bersedekah, memberi makan untuk berbuka.

Ketujuh, menulis program kerja di sisa bulan Sya’ban ini. Program ibadah yang bertahap, sederhana, meningkat dan meningkat, sehingga menjadikan anggota tubuh sudah terbiasa dengan ibadah Ramadhan.



tingkatan Nafsu manusia

Sepertinya bagus untuk di share. berikut tulisan Abdul Fattah Rashid Hamid, Ph.D., seorang psikolog muslim lulusan St. Louis University USA, dalam bukunya “Pengenalan Diri dan Dambaan Spiritual” menyebutkan bahwa perjalanan setiap individu dalam menuju kesempurnaan kepribadiannya akan melewati berbagai tingkatan kepribadian sebagai berikut :

Kepribadian tingkat I : An-Nafs Al-Ammarah


Manusia condong pada hasrat dan kenikmatan dunia. Minatnya tertuju pada pemeliharaan tubuh, kenikmatan selera-selera jasmani dan pemanjaan ego. di tingkat ini iri, serakah, sombong, nafsu seksual, pamer, fitnah, dusta, marah, menjadi yg paling dominant.

Kepribadian tingkat II : An-Nafs Al-Lawwamah

Manusia sudah melawan nafsu jahat yang timbul, meskipun ia masih bingung tentang tujuan hidupnya. Jiwanya sudah melawan hasrat-hasrat rendah yg muncul. Diri masih menjadi subjek yg dikendalikan hasrat-hasrat yg bersifat fisik.

Kepribadian tingkat III : An-Nafs Al-Muhima


Manusia sudah menyadari cahaya sejati tidak lain adalah petunjuk Allah. Semangat taqwa dan mencari ridho Allah adalah semboyannya. Ia tidak lagi mencari kesalahan-kesalahan orang lain tetapi ia selalu introspeksi untuk menjadi hamba Allah yg lurus.

Kepribadian tingkat IV : An-Nafs Al-Qana’ah

Hati telah mantap, merasa cukup dengan apa yang dimilikinya dan tidak tertarik dengan apa yg dimiliki oleh orang lain. Ia sudah tidak ingin berlomba untuk menyamai orang lain. Ketinggalan ‘status’ baginya bukan berarti keterbelakangan dan kebodohan.

Kepribadian tingkat V : An-Nafs Al-Mut’mainah

Manusia telah menemukan kebahagiaan dalam mencintai Allah. Ia tidak ingin memperoleh ”pengakuan” dari masyarakat atau pun tentang tujuannya. Jiwanya telah tenang, terbebas dari ketegangan, karena pengetahuannya telah mantap bahwa segala sesuatu akan kembali kepada Allah.

Kepribadian tingkat VI : An-Nafs Al-Radiyah

Ini adalah ciri tambahan bagi jiwa yg puas dan tenang. Ia merasa bahagia karena Allah ridho padanya. Ia selalu waspada akan tumbuhnya keengganan yg sepele terhadap kodratnya sebagai abdi Tuhan. Ia patuh pada Allah semata-mata hanya sebagai perwujudan rasa terima kasihnya.

Kepribadian tingkat VII : An-Nafs Al-Kamilah

Merupakan tingkatan manusia yg sempurna. Kesempurnaannya adalah kesempurnaan moral yg telah bersih dari semua hasrat kejasmanian sebagai hasil kesadaran murni akan pengetahuan yang sempurnan tentang Allah. Nabi Muhammad merupakan contoh dari manusia yg telah mencapai tingkatan ini.

di luar tulisan di atas, ada yang pernah menuliskan salah satu nafsu lain yaitu nafsu mutawasilah. yaitu nafsu yang menggelitik manusia untuk mebolakbalikkan fakta.

Biarlah tangan tetep menengadah

Masalah besar, masalah kecil pernah aku hadapi. Beberapa masalah bisa aku lewati, sebagian masalah masih aku hadapi dengan tetap berbaik sangka atas rencana Allah kepadaku. Berbagai keinginan dan cita-citapun aku niatkan dalam hati dan berharap Allah meridhoi. Mengharapkan dihapusnya dosa-dosa yang bergelimang sejak aku baligh sampai saat ini selalu aku impikan. Terbayang banyak sekali tuntutan dan harapan dan sebagainya dalam kehidupan yang aku lewati. Aku selalu memburu ridho, petunjuk dan karunia Allah untuk memecahkan permasalahanku.

Hati merenung, permasalahan sengaja disebar, cobaan sengaja ditebar agar kita kembali kepada Allah swt. Harapan sengaja ditangguhkan agar kita banyak mengengadahkan tangan kepada Allah swt. Ampunan sengaja dirahasiakan agar tangan selalu bergantung ke langit . Menengadahkan tangan ke langit bukan suatu kehinaan tetapi kemuliaan, terlebih lagi bisa disertai dengan pejaman dan tetesan air mata.

Temukanlah Hatimu !

Abu Hamid al Ghazali mengatakan "Temukanlah hatimu di tiga tempat. Pertama, saat membaca Al Quran, kedua saat shalat dan ketiga saat ingat akan kematian!. Kalau ternyata di tiga tempat itu kita tidak menemukan hati kita, maka berdoalah kepada Allah swt. Agar engkau dianugrahi hati, sebab itu berarti kita tidak memiliki hati"

Jika kita menemukan hati kita berada di tiga tempat tadi, insyaAllah kita akan mendapatkan diri kita berada di puncak kebahagian. Sebaliknya, bila tidak ditemukan, berarti kita tidak memiliki hati. Sekalipun demikian, janganlah putus asa mencari hati itu. Dan itu dapat dilakukan dengan cara terus-menerus bersimpuh di pintu Allah swt.

Pertemuan Rasulullah dalam perjalanan mi’raj

Anas berkata, "Beliau menyebutkan bahwasanya di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa, dan Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau tidak menyebutkan bahwasanya beliau bertemu dengan Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam." Anas berkata, "Ketika Jibril a.s. bersama Nabi Muhammad saw melewati Idris, Idris berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki yang saleh.' Aku (Rasulullah) bertanya, 'Siapakah ini?' Jibril menjawab, 'Ini adalah Idris.' Aku melewati Musa lalu ia berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara yang saleh.' Aku bertanya, 'Siapakah ini?' Jibril menjawab, 'Ini adalah Musa.' Aku lalu melewati Isa dan ia berkata, 'Selamat datang saudara yang saleh dan Nabi yang saleh.' Aku bertanya, 'Siapakah ini?' Jibril menjawab, 'Ini adalah Isa.' Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan anak yang saleh.' Aku bertanya,'Siapakah ini?' Jibril menjawab, 'Ini adalah Ibrahim as..'

Taubatnya Malik bin Dinar

Kehidupanku dimulai dengan kesia-siaan, mabuk-mabukan, maksiat, berbuat zhalim kepada manusia, memakan hak manusia, memakan riba, dan memukuli manusia. Kulakukan segala kezhaliman, tidak ada satu maksiat melainkan aku telah melakukannya. Sungguh sangat jahat hingga manusia tidak menghargaiku karena kebejatanku.

Malik bin Dinar Rohimahullah menuturkan: Pada suatu hari, aku merindukan pernikahan dan memiliki anak. Maka kemudian aku menikah dan dikaruniai seorang puteri yang kuberi nama Fathimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali dia bertambah besar, bertambah pula keimanan di dalam hatiku dan semakin sedikit maksiat di dalam hatiku. Pernah suatu ketika Fathimah melihatku memegang segelas khamr, maka diapun mendekat kepadaku dan menyingkirkan gelas tersebut hingga tumpah mengenai bajuku. Saat itu umurnya belum genap dua tahun. Seakan-akan Allah Subhanahu wa Ta’ala -lah yang membuatnya melakukan hal tersebut.

Setiap kali dia bertambah besar, semakin bertambah pula keimanan di dalam hatiku. Setiap kali aku mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala selangkah, maka setiap kali itu pula aku menjauhi maksiat sedikit demi sedikit. Hingga usia Fathimah genap tiga tahun, saat itulah Fathimah meninggal.

Maka akupun berubah menjadi orang yang lebih buruk dari sebelumnya. Aku belum memiliki sikap sabar yang ada pada diri seorang mukmin yang dapat menguatkanku di atas cobaan musibah. Kembalilah aku menjadi lebih buruk dari sebelumnya. Setanpun mempermainkanku, hingga datang suatu hari, setan berkata kepadaku: “Sungguh hari ini engkau akan mabuk-mabukan dengan mabuk yang belum pernah engkau lakukan sebelumnya.” Maka aku bertekad untuk mabuk dan meminum khamr sepanjang malam. Aku minum, minum dan minum. Maka aku lihat diriku telah terlempar di alam mimpi.

Di alam mimpi tersebut aku melihat hari kiamat. Matahari telah gelap, lautan telah berubah menjadi api, dan bumipun telah bergoncang. Manusia berkumpul pada hari kiamat. Manusia dalam keadaan berkelompok-kelompok. Sementara aku berada di antara manusia, mendengar seorang penyeru memanggil: Fulan ibn Fulan, kemari! Mari menghadap al-Jabbar. Aku melihat si Fulan tersebut berubah wajahnya menjadi sangat hitam karena sangat ketakutan. Sampai aku mendengar seorang penyeru menyeru namaku: “Mari menghadap al-Jabbar!”

Kemudian hilanglah seluruh manusia dari sekitarku seakan-akan tidak ada seorangpun di padang Mahsyar. Kemudian aku melihat seekor ulat besar yang ganas lagi kuat merayap mengejar kearahku dengan membuka mulutnya. Akupun lari karena sangat ketakutan. Lalu aku mendapati seorang laki-laki tua yang lemah. Akupun berkata: “Hai, selamatkanlah aku dari ular ini!” Dia menjawab: “Wahai anakku aku lemah, aku tak mampu, akan tetapi larilah kearah ini mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari kearah yang ditunjukkannya, sementara ular tersebut berada di belakangku. Tiba-tiba aku mendapati api ada dihadapanku. Akupun berkata: “Apakah aku melarikan diri dari seekor ular untuk menjatuhkan diri ke dalam api?” Akupun kembali berlari dengan cepat sementara ular tersebut semakin dekat. Aku kembali kepada lelaki tua yang lemah tersebut dan berkata: “Demi Allah, wajib atasmu menolong dan menyelamatkanku.” Maka dia menangis karena iba dengan keadaanku seraya berkata: “Aku lemah sebagaimana engkau lihat, aku tidak mampu melakukan sesuatupun, akan tetapi larilah kearah gunung tersebut mudah-mudahan engkau selamat!”

Akupun berlari menuju gunung tersebut sementara ular akan mematukku. Kemudian aku melihat di atas gunung tersebut terdapat anak-anak kecil, dan aku mendeng
ar semua anak tersebut berteriak: “Wahai Fathimah tolonglah ayahmu, tolonglah ayahmu!”

Selanjutnya aku mengetahui bahwa dia adalah putriku. Akupun berbahagia bahwa aku mempunyai seorang putri yang meninggal pada usia tiga tahun yang akan menyelamatkanku dari situasi tersebut. Maka diapun memegangku dengan tangan kanannya, dan mengusir ular dengan tangan kirinya sementara aku seperti mayit karena sangat ketakutan. Lalu dia duduk di pangkuanku sebagaimana dulu di dunia.

Dia berkata kepadaku: “Wahai ayah, “belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid:16)

Maka kukatakan: “Wahai putriku, beritahukanlah kepadaku tentang ular itu.”
Dia berkata: “Itu adalah amal keburukanmu, engkau telah membesarkan dan menumbuhkannya hingga hampir memakanmu. Tidakkah engkau tahu wahai ayah, bahwa amal-amal di dunia akan dirupakan menjadi sesosok bentuk pada hari kiamat? Dan lelaki yang lemah tersebut adalah amal shalihmu, engkau telah melemahkannya hingga dia menangis karena kondisimu dan tidak mampu melakukan sesuatu untuk membantu kondisimu. Seandainya saja engkau tidak melahirkanku, dan seandainya saja tidak mati saat masih kecil, tidak akan ada yang bisa memberikan manfaat kepadamu.”

Dia Rohimahullah berkata: Akupun terbangun dari tidurku dan berteriak: “Wahai Rabbku, sudah saatnya wahai Rabbku, ya, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” Lantas aku mandi dan keluar untuk shalat subuh dan ingin segera bertaubat dan kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dia Rohimahullah berkata:

Akupun masuk ke dalam masjid dan ternyata imampun membaca ayat yang sama:

“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah.” (Qs. Al-Hadid: 16)
Itulah kisah taubatnya Malik bin Dinar Rohimahullah yang beliau kemudian menjadi salah seorang imam generasi tabi’in, dan termasuk ulama Basrah. Dia dikenal selalu menangis sepanjang malam dan berkata: “Ya Ilahi, hanya Engkaulah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui penghuni sorga dan penghuni neraka, maka yang manakah aku di antara keduanya? Ya Allah, jadikanlah aku termasuk penghuni sorga dan jangan jadikan aku termasuk penghuni neraka.”

Malik bin Dinar Rohimahullah bertaubat dan dia dikenal pada setiap harinya selalu berdiri di pintu masjid berseru: “Wahai para hamba yang bermaksiat, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang-orang yang lalai, kembalilah kepada Penolong-mu! Wahai orang yang melarikan diri (dari ketaatan), kembalilah kepada Penolong-mu! Penolong-mu senantiasa menyeru memanggilmu di malam dan siang hari. Dia berfirman kepadamu: “Barangsiapa mendekatkan dirinya kepada-Ku satu jengkal, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu hasta. Jika dia mendekatkan dirinya kepada-Ku satu hasta, maka Aku akan mendekatkan diri-Ku kepadanya satu depa. Siapa yang mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil.”

Aku memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan rizki taubat kepada kita. Tidak ada sesembahan yang hak selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.

Malik bin Dinar Rohimahullah wafat pada tahun 130 H. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmatinya dengan rahmat-Nya yang luas.
(Misanul I’tidal, III/426).

Sumber: Qiblati edisi 06 tahun II – Maret 2007 M /Shafar 1428 H


Jabir bin Abdillah

Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”(hadits)

Nama lengkapnya Jabir bin Abdullah bin Amru bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim bin Ka’ab bin Salamah al-Anshory as-Salamy. Nama panggilannya Abu Abdullah, Abu Abdurrahman dan Abu Muhammad. Ibunya, Nasibah binti ‘Uqbah bin ‘Adwy bin Sinan bin Naaby bin Zaid bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim. Ayahnya, Abdullah bin Amru al-Khazrojy al-Anshory.

Pada waktu ayahnya hendak memberikan sumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah di Mekkah, beliau ikut dibawa ke sana. Meski menempuh perjalanan jauh, ayahnya bersikeras agar anaknya dapat menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Meski usinya masih muda, beliau sudah diperkenalkan dengan Rasulullah oleh ayahnya. Sejak itulah cahaya keimanan terpancar di seluruh gerak badannya. Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah, dirinya semakin yakin dan rela meluangkan seluruh waktunya untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Maka tidak mengherankan jika kemudian beliau (Jabir) termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.

Pada waktu terjadi perang Badr dan perang Uhud beliau tidak ikut karena waktu itu dirinya masih kecil. Dan Rasulullah pun tidak memberi izin. Disamping itu ayahnya meminta dirinya untuk menjaga sembilan saudara-saudaranya. Malam sebelum berangkat ke perang Uhud, ayahku memangilku. “Saya melihat bahwa saya akan menjadi orang pertama yang terbunuh dalam perang ini. saya mempunyai hutang, maka nanti bayar hutang itu. Jaga baik-baik saudaramu dan beri nasehat yang baik pada mereka” begitulah bunyi pesan ayahku. Sejak kematian ayahnya, beliau tidak pernah absen dalam semua peperangan bersama Rasulullah. Dari Hajjaj bin as-Showwaf, Abu az-Zubair bercerita bahwa suatu hari Jabir berkata, “Rasulullah ikut perang 21 kali peperangan (dipimpin sendiri) dan saya ikut perang cuma 19 kali.”

Dari Abdul Wahid bin Aiman dari ayahnya berkata, “Suatu hari saya datang ke tempat Jabir. Jabir bercerita bahwa pada waktu perang Khandaq kami semua sibuk mengali parit. Tiba-tiba kami jumpai batu besar. Kami sangat kesusahan untuk memecahkan batu itu. Kemudian kami melapor kepada Rasulullah bahwa batu besar menghalangi galian parit. Semua alat gali yang kami punyai tidak mampu memecahkan batu itu. Rasulullah pun datang ke tempat itu. Untuk mengurangi rasa lapar karena hampir selama tiga hari belum makan, Rasulullah mengikat batu di perutnya. Alat pengali tanah itu diambilnya dan kemudian dipukulkan ke batu itu. Batu keras itu dapat dipecahkan dengan mudahnya. Saya minta izin untuk pulang ke rumah, Rasulullah pun memberikan izin. Sampai di rumah saya berkata pada istriku, “Saya lihat Rasulullah menahan lapar dimana tidak seorang pun sanggup menahan lapar itu. Apa kamu punya sesuatu untuk dimakan?” “Ya, ada sedikit gandum dan kambing kecil (belum setahun)” jawab istriku. Dengan segera aku potong kambing itu dan gandum itu aku buat adonan. Selesai dimasak saya pergi ke tempat Rasulullah. “sayaa punyai sedikit makanan untuk Rasulullah dan seorang atau dua orang lainnya” kataku. “Berapa banyak?”tanya Rasulullah. Akupun menyebutkan jumlahnya. Ketika tahu bahwa makanan itu sedikit sekali dan tidak cukup untuk dimakan (kaum Anshor dan Muhajirin), Rasulullah berkata, “Wahai tentara Khandaq, Jabir telah buat makanan, silahkan datang ke rumahnya.” Setelah itu Rasulullah menoleh ke arahku sembari berkata, “Silahkan kamu pulang temui istrimu, katakan padanya jangan turunkan panci/kendil (dari perampian) dan jangan buat roti sehingga aku datang.” Bergegas aku pun pulang ke rumah. “apakah tentara Khandaq akan makan dengan satu shok gandum, apakah cukup?” batinku berkata. “Wah, celaka ni. Semua tentara Khandaq akan datang ke rumah untuk makan” kataku pada istri. Istri bertanya, “Apakah Rasul tanya berapa banyak makanan itu?” saya jawab, “Iya.” Istri berkata, “Hilangkan kesedihanmu, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Mendengar ucapan istriku, kegundahan dan kegusaranku hilang. Tak lama kemudian Rasulullah datang bersama tentara Khandak (kaum Anshor dan Muhajirin). “Silahkan masuk” Rasulullah mempersilahkan mereka masuk. “Tolong beri aku adonan roti itu setelah panaskan di pancimu”pinta Rasulullah pada istriku. Setelah jadi roti, daging itu dimasukkan dalam roti. Rasulullah mempersilahkan para sahabat untuk makan. Mereka pun makan dengan lahapnya hingga kenyang. “Demi Allah, mereka telah habiskan makanan itu tapi panci kami masih penuh seperti sediakala”kataku. Selesai makan semua, Rasulullah berkata pada istriku, “Makanlah, setelah itu sedekahkan sebagiannya.” Istriku pun ikut makan. Kemudian membagi-bagikan sisa makanan itu.
Dari Jabir diceritakan bahwa Rasulullah memintakan ampunan kepada Allah untukku 25 kali pada malam Jamal.

Beliau diantara orang-orang Islam yang ikut sumpah setia (bai’ah) Ridwan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat al-Fath;18-19; “Allah sungguh sangat ridho dengan orang-orang mukmin yang memberikan sumpah setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Dan juga tahu apa yang terdetik dihati mereka. kemudian Allah turunkan ketenangan dalam hatinya dan dijanjikan kemenangan yang tidak lama lagi. Begitu juga harta rampasan yang banyak…”

Dari Jabir bin Abdullah diceritakan, “Saya dengar suatu hadits Rasulullah dari salah seorang sahabat bahwa dia dengar langsung dari Rasulullah. (karena tidak tahu) kemudian saya beli unta untuk pergi mencari orang itu. Hampir satu bulan aku mencarinya hingga sampai di Syam (Syiria sekarang). Ternyata sahabat yang meriwayatkan itu adalah Abdullah bin Unais. Setelah itu aku datang ke rumahnya. Saya katakan kepada penjaganya, “Tolong sampaikan tuanmu, Jabir menunggu di pintu.” Tak lama dia muncul, “Kamu Ibn Abdullah (anaknya Abdullah)?” saya jawab “iya”. Dia pun keluar sambil merangkulku. Saya tanya, “Ada suatu hadits kononnya kamu dengar dari Rasulullah. Saya khawatir saya wafat atau kamu sebelum saya mendengar hadits itu.” Dia berkata, “Saya dengar Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”

Ali bin al-Madini berkata, “Jabir wafat setelah melaksanakan umroh. Dan berwasiat agar orang-orang yang haji tidak usah mensholatinya.” Pendapat lain mengatakan beliau wafat pada tahun 73 Hijriah. Pendapat lain mengatakan beliau hidup selama 94 tahun.

tahukah kita | sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah

Yang paling utama dari sholat-sholat sunnah rowatib ini adalah sholat sunnah sebelum fajar. Hal ini berdasarkan riwayat dari Aisyah r.a. bahwa ia berkata,

tidak ada sholat sunnah yang paling dijaga oleh Rosulullah selain dua rokaat fajar

Rosulullah juga bersabda :
Dua rokaat sholat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya

Adapun dalam pelaksanaannya Rosulullah mensunnahkan untuk memendekkan sholat sunnah fajar. Berdasarkan riwayat Shohih Bukhori dan Muslim Aisyah r.a. berkata :

Rosulullah selalu memendekkan sholat dua rokaat sebelum sholat subuh.

Dan perlu kita tahu, pada rakaat pertama setelah membaca Al Fatihah Rosulullah sering melanjutkannya dengan membaca surat Al Kafirun dan pada rakaat kedua dengan Al Ikhlash.

7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia

Ibnu Abbas ra. adalah salah seorang sahabat Nabi SAW yang sangat telaten dalam menjaga dan melayani Rasulullah SAW, dimana ia pernah secara khusus didoakan Rasulullah SAW, selain itu pada usia 9 tahun Ibnu Abbas telah hafal Al-Quran dan telah menjadi imam di mesjid. Suatu hari ia ditanya oleh para Tabi’in (generasi sesudah wafatnya Rasulullah SAW) mengenai apa yang dimaksud dengan kebahagiaan dunia. Jawab Ibnu Abbas ada 7 (tujuh) indikator kebahagiaan dunia, yaitu : diantaranya :
Pertama, Qalbun syakirun atau hati yang selalu bersyukur.
Memiliki jiwa syukur berarti selalu menerima apa adanya (qona’ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangatlah cerdas memahami sifat-sifat Allah SWT, sehingga apapun yang diberikan Allah ia malah terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila sedang kesulitan maka ia segera ingat sabda Rasulullah SAW yaitu :
“Kalau kita sedang sulit perhatikanlah orang yang lebih sulit dari kita”.
Bila sedang diberi kemudahan, ia bersyukur dengan memperbanyak amal ibadahnya, kemudian Allah pun akan mengujinya dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Bila ia tetap “bandel” dengan terus bersyukur maka Allah akan mengujinya lagi dengan kemudahan yang lebih besar lagi. Maka berbahagialah orang yang pandai bersyukur!
Kedua. Al azwaju shalihah, yaitu pasangan hidup yang sholeh.
Pasangan hidup yang sholeh akan menciptakan suasana rumah dan keluarga yang sholeh pula. Di akhirat kelak seorang suami (sebagai imam keluarga) akan diminta pertanggungjawaban dalam mengajak istri dan anaknya kepada kesholehan. Berbahagialah menjadi seorang istri bila memiliki suami yang sholeh, yang pasti akan bekerja keras untuk mengajak istri dan anaknya menjadi muslim yang sholeh. Demikian pula seorang istri yang sholeh, akan memiliki kesabaran dan keikhlasan yang luar biasa dalam melayani suaminya, walau seberapa buruknya kelakuan suaminya. Maka berbahagialah menjadi seorang suami yang memiliki seorang istri yang sholeh.
bersambung... 
(Sumber tulisan: ceramah Ustad Aam Aminudin, Lc. di Sapporo, Jepang, disarikan secara bebas oleh Sdr. Asep Tata Permana)




yakinlah kepada Allah




Assalamualaykum ya akhi ya ukhti


Berbagai kebutuhan sepertinya saat ini memang banyak dalam daftar yang dituliskan. Ntah itu untuk pendaftaran ulang anak-anak, biaya pendaftaran dan bulanan kursus anak-anak, dan biaya-biaya lainnya. Mungkin jika aku tidak menyikapinya dengan baik, mungkin kegelisahan dan kerisauan merasuki ke dalam hati dan pikiran. Alhamdulillah kegelisahan hanya mampir sebentar, selebihnya aku bersyukur kepada yang diberikan Allah kepadaku. Masih banyak banget kehidupan orang lain yang jauh banget dibawahku saat ini.

teringat tulisan yang pernah aku baca, bahwa seringkali kita beranggapan bahwa rejeki itu adalah hasil kerja keras dan usaha kita sendiri. Padahal sebagai ciptaan Allah, tugas manusia hanyalah berusaha dan berdoa. Hasil akhirnya mutlak Allah yang menentukan. Ada puluhan surat yang sama menyinggung mengenai ketetapan Allah mengenai rejeki. Salah satunya adalah QS 20 Thaahaa ayat 132

Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.

dan QS 34 Saba ayat 39 :

Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.

InsyaAllah dengan berpedoman dengan surat itu, diharapkan setiap manusia tidak akan cepat putus asa dalam mengais rejekinya. Sarana untuk mendapatkan rejeki itu tentu bermacam-macam, sesuai dengan kemampuan setiap orang. Semoga ketabahan, kejujuran dan prasangka baik kepada Allah mendapat balasan dari Allah bahkan di luar perkiraan. Semoga aku dan kita semua berpegang teguh pada aturanNya, tidak perlu ada kekhawatiran, walau berbagai ujian datang menerpa. Tetaplah tersenyum melihat skenario yang telah diatur olehNya.

Assalamualaykum pak Sarjono

Assalamuaalaykum ya akhi ya ukhti

Ingat ceritaku dulu tentang pak Sarjono. he he beberapa minggu yang lalu alhamdulillah..pagi itu ketemu lagi dengan pak Sarjono, kuberanikan diri untuk mengucapkan salam "Assalamualaykum"..alhamdulillah beliau juga menyapaku dengan salam yang lengkap "Waalaykumsalam warrahamatullahi wabbarakatuh" semakin indahnya hari ini.


Dan pagi ini, Alhamdulillah, aku kembali dipertemukan dan bersalam sapa dengan pak Sarjono, namun kali ini kami lebih akrab. Awalnya beliau hampir mengucapkan "Selamat pagi", tetapi ketika aku persis di sampingnya, dia ucapkan salam dan buru-buru aku jawab. Tak disangka dia bertanya kepadaku "apa khabarnya pak? alhamdulillah jawabku buru-buru dan berlalu, padahal dalam hati aku juga ingin menanyakan kembali khabarnya, tetapi aku ngga mau moment ini membuat macet antrian di belakang kendaraanku. InsyaAllah keadaan beliau dan keluarganya sehat walafiat penuh lindungan Allah swt..amien


Setiba di kantor, aku penasaran untuk mencari tau di dunia maya (internet) apakah ada yang merasakan apa yang aku alami dengan orang yang special dimataku ini. ternyata benar, setidaknya ada dua blog/komentar yang sama mengenai pak Sarjono ini. Komentar yang cukup banyak dan tentu positif ada di blognya saudara kita ukhti Rini Rusli . Senang membaca komentar-komentar yang ada. Aku berharapa dan bermimpi menjadi orang seperti pak Sarjono, menjadi orang yang mampu membahagiakan orang banyak, ikhlas dan menjadi orang yang berguna serta bermanfaat dimana dia bertempat..khairunnaas anfaa'uhum linnas - sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain.




* mbak Rini Rusli, saya ijin menggunakan fotonya ya :)

Syukur yang terlupa

Dinihari tadi perutku kembung, aku coba untuk bangun dan aku coba untuk minum coklat hangat dan kebetulan ada sepotong roti coklat ada di meja makan yang memang aku siapkan untuk pagi ini. Segelas coklat dan sepotong roti sudah aku habiskan namun kembungku masih terasa, teringat untuk membaca doa memohon kesembuhan yang pernah aku ajarkan kepada istriku waktu itu. setelah itu aku bersiap-siap mandi dan sholat shubuh. Sehabis shubuh sakitku hilang, alhamdulillah ucapku dalam hati, bersyukur kepada Allah atas diangkatnya sakitku.

Sepanjang perjalanan pulang dari sholat shubuh aku berfikir, telah banyak sekali sakit-sakit ringan yang aku alami ntah itu flu, kembung, batuk, pusing, dan lain sebagainya dan telah disembuhkan namun aku lupa untuk bersyukur mengingat Allah yang telah Maha mengabulkan dan Maha Penyembuh.

Hmm pikirku, selama aku ingat untuk berdoa dan memohon selalu dan hanya kepadaNya, insyaAllah dan berharap aku akan bisa bersyukur kepadaNya..selain itu aku berharap aku peka terhadap nikmat-nikmat dan ujian yang kadang terlupakan ntah itu udara yang aku hirup, pendengaran yang baik, mata yang bisa melihat, keimanan yang terjaga, hati yang sedang di bolak balikkan, dan banyak lagi...insyaAllah.

tahukah kita | jumlah Bismillahirrahmanirrahim

Di dalam Al Quran kata Bismillahirrahmanirrahim yang mempunyai makna “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” kita temukan di awal surat. Kita tahu dalam Al Quran terdapat 114 surat setidaknya ada 114 kalimat Bismillahirrahmanirrahim yang mengawali semua surat dalam Al Quran.

Namun kenyataannya ada satu surat yang tidak di awali dengan kalimat Bismillahirrahmanirrahim yaitu surat ke 9 (At Taubah). Tetapi sepertinya jatahnya diambil untuk surat ke 27 (An Naml) dimana dalam surat ini terdapat 2 kalimat Bismillahirrahmanirrahim yaitu pada awal surat dan pada ayat 30 :

Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.


percikan Rahmat Illahi

assalamualaykum ya akhi ya ukhti

Nabi Muhammad pernah bersabda :

“Allah yang Maha Kepujian menjadikan sifat Rahmat seratus bagian. Maka dipeganglah di sisi-Nya 99 bagian dan diturunkan-Nya satu bagian ke bumi. Maka dengan yang satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sehingga seekor hewan mengangkat kakiknya karena takut anaknya terinjak olehnya”

Untuk apa Allah memercikkan sebagian kecil sifat-Nya kepada diri manusia? Boleh jadi agar manusia mudah merasakan hal-hal yang di ridhoi-Nya dan apa yang tidak disukai-Nya. Sehingga manusia yang mau menggunakan akal dan hati yang dimilikinya dapat menemukan dan merasakan kebenaran hakiki yang akan menuntunnya ke surga..itulah suara hati. Seorang penjahatpun mampu menemukan kebenaran, yaitu kebenaran dari sudut pandang Ilahiyyah. Tetapi tentu saja jika ia mau menggunakan akal dan suara hatinya. Namun kadangkala belenggu di dalam hati sudah begitu banyaknya sehingga hati itu keras, dan suara hati itu diabaikan. Oleh karena itu sangat sering kita mendengar nasihat dari orang-orang tetapi selama kita enggan menggunakan akal dan kalbu kita untuk memahaminya, maka semua nasihat itu tidaklah ada artinya.

Surat Al A’raaf QS 7 ayat 179 mungkin bisa menjadi renungan buat aku dan kita semua 

“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”

InsyaAllah tulisan ini bisa menjadi bahan renunganku kapan saja 
di kutip dari buku sentuhan kalbu tulisan Ir. Permadi Alibasyah



Cerita imaginary waktu shubuh

Assalammualaikum ya akhi ya ukhti

Masih ingatkah sahabat :

'' Sholat terberat bagi orang-orang munafik adalah Sholat Isya dan Subuh. Padahal seandainya mereka mengetahui pahala pada kedua Sholat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau harus merangkak'' (HR Ahmad).

ada cerita imaginare tentang Sholat Subuh di Masjid yang aku dapatkan dari temanku :

Seorang pria bangun pagi2 buta utk sholat subuh di Masjid. 
Dia berpakaian, berwudhu dan berjalan menuju masjid. Ditengah jalan menuju masjid, pria tersebut jatuh dan pakaiannya kotor. 
Dia bangkit, membersihkan bajunya, dan pulang kembali kerumah. Di rumah, dia berganti baju, berwudhu, dan, LAGI, berjalan menuju masjid. 

Dalam perjalanan kembali ke masjid, dia jatuh lagi di tempat yg sama! 
Dia, sekali lagi, bangkit, membersihkan dirinya dan kembali kerumah. 
Dirumah, dia, sekali lagi, berganti baju, berwudhu dan berjalan menuju masjid. 

Kemudian di tengah jalan menuju masjid, dia bertemu seorang pria yg memegang lampu. 
Dia menanyakan identitas pria tsb, dan pria itu menjawab "Saya melihat anda jatuh 2 kali di perjalanan menuju masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi perjalanan anda.''
 
Pria pertama mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid. Sesaat sampai di masjid, pria pertama bertanya kepada pria yang membawa lampu untuk masuk dan sholat subuh bersamanya. 
Pria kedua menolak. 
Pria pertama mengajak lagi hingga berkali-kali dan, lagi, akan tetapi jawabannya sama. 

Kemudian pria pertama bertanya, kenapa menolak untuk masuk dan sholat. 
Pria kedua menjawab Aku adalah Setan. Tentulah pria pertama itu terkejut dengan jawaban pria kedua. 

''Setan kemudian menjelaskan : 'Saya melihat kamu berjalan ke masjid, dan sayalah yang membuat kamu terjatuh. Ketika kamu pulang ke rumah, membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah memaafkan semua dosa2mu. 

Saya membuatmu jatuh kedua kalinya, dan bahkan itupun tidak membuatmu merubah pikiran untuk tinggal dirumah saja, kamu tetap memutuskan kembali ke masjid. Karena hal itu, Allah memaafkan dosa2 seluruh anggota keluargamu. Saya KHAWATIR jika saya membuat mu jatuh untuk ketiga kalinya, jangan2 Allah akan memaafkan dosa2 seluruh penduduk desamu, jadi saya harus memastikan bahwa anda sampai dimasjid dengan selamat..' '

Jangan pernah biarkan Setan mendapatkan keuntungan dari setiap aksinya. 
Jangan melepaskan sebuah niat baik yang hendak kita lakukan karena kita tidak pernah tahu ganjaran yg akan kita dapatkan...insyaAllah



Bekal pulang kampung

assalamualaykum ya akhi ya ukhti

Beberapa hari yang lalu aku mengantar adikku ke bandara untuk pulang ke rumah orangtuaku. Dia baru menghabiskan beberapa minggu waktu liburannya di rumahku. Karena mengejar jadwal penerbangan, maka diputuskan untuk berangkat dari rumah sekitar jam 05:00. Selepas melaksanakan sholat shubuh, aku bersiap-siap untuk berangkat bersama adikku menuju ke bandara. Aku pastikan kepada adikku “apakah semua bawaan dan tas sudah dimasukkan ke dalam mobil? tanyaku, sudah semua bang ujarnya. Takutnya beberapa barang yang dia beli tertinggal termasuk oleh-oleh buat kerabat. Kemudian aku pastikan lagi kepada dia “kamu sudah sholat shubuh ?, belum bang jawabnya sambil mengenakan sepatunya. Sholat shubuh dulu kataku sambil bergumam dalam hati “yakin sekali dia umurnya akan panjang dalam perjalanan pulang nanti”. 

Dalam perjalanan aku kembali ingatkan kepada adikku bahwa lakukanlah sholat wajib itu setiap waktunya, dan jangan sekedar hanya menggugurkan kewajiban. Pulang ke kampung saja, kamu mempersiapkan perbekalan dan oleh-oleh sedemikian rupa. Memanfaatkan waktu yang terbatas selama liburan untuk mencari itu mencari ini, membeli itu membeli ini. Tetapi untuk pulang ke kampung yang sebenarnya yaitu akhirat kita tidak pernah sesibuk itu mencari perbekalan yaitu amalan-amalan yang nanti akan mendampingi kita kala kematian itu datang.
Ada sebuah nasihat yang mungkin bagus untuk aku tuliskan, yaitu nasihat dari seorang ulama Irak yang bernama Jamaluddin bin al Fajr Abdurrahman (lebih dikenal dengan Imam ibnu Al Jauziy). Dia mengatakan :

“yang wajib bagi seorang yang cerdas ialah mempersiapkan bekal sebelum melakukan perjalanan. Ia tentu tidak tahu hal-hal yang akan menimpa dirinya. Ia pun tak tahu kapan dirinya tiba-tiba dipanggil oleh Allah. Saya melihat banyak orang tertipu dengan masa-masa mudanya, lupa bahwa mereka bisa saja berpisah dengan teman sebayanya secara tiba-tiba. Mungkin seseorang yang merasa dirinya pintar sempat berkata “aku akan sibukkan diriku dengan ilmu, lalu aku beramal kemudian”. Ia kemudian berleha-leha dengan alasan beristirahat. Ia menunda kesempatan untuk bertaubat. Ia larut dalam berbagai gibah, berenang dalam genangan darah saudara-saudaranya. Harta benda datang lewat jalan yang syubhat dan ia terbuat dalam angan untuk menghapus segala nista di kemudian hari. Ia lupa bahwa kematian senantiasa mengintai. Gantungkanlah kematian di pelupuk mata”

InsyaAllah tulisan ini akan tertanam di dalam otakku untuk selalu mengingatkanku bahwa kematian itu kapan saja akan datang menjemputku, aku harus kumpulkan perbekalanku karena aku akan lama tinggal di kampung yang sebenarnya. 

tahukah kita | sujud di atas 7 tulang

"Kita diperintahkan untuk sujud diatas tujuh tulang. Diatas dahi -beliau memberi isyarat diatas hidung beliau-, diatas dua tangan, dua lutut, ujung jari-jari kedua kaki, dan agar kami tidak meng-kaft- (menggulung/mengikat) baju dan rambut" (HR.Al-Bukhori No. 812 dan Muslim 1098)

“Dari Ibnu ‘Abbas radliyallahu 'anhu berkata,”Nabi shalallahu 'alaihi wa sallam diperintahkan untuk bersujud di atas tujuh (anggota badan) Dan beliau dilarang untuk mengumpulkan rambut maupun busana.” (H.R Muslim).

tahukah kita | takbir dan tasbih

aku baru tahu bahwa ada sunnah Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang aku dapat tadi selepas shubuh dimana disunnahkan untuk melafadzkan takbir ketika berjalan menanjak dan melafadzkan tasbih ketika berjalan menurun (cukup dalam hati), insyaAllah aku dan kita semua bisa mengamalkannya..amien
Musafir bertakbir di setiap tempat (dataran) tinggi, berdasarkan hadits Abu Hurairah ra yang berkata, "Seseorang berkata, ‘Wahai Rasulullah, aku ingin bepergian, maka beri aku nasihat'. Rasulullah saw. bersabda, "Hendaklah engkau bertakwa kepada Allah, dan bertakbir di setiap tempat (dataran) yang tinggi." (Diriwayatkan At Tirmidzi dengan sanad yang baik).
dan pernah ada yang menyampaikan namun masih perlu dipastikan haditsnya, dimana ketika melalui jalan yang berkelok-kelok disunnahkan untuk melafadzkan la howla wala kuwata ila billah..

syafaat Rasulullah


assalamualaykum ya akhi ya ukhti

semua manusia yang beriman selalu dalam hatinya berharap mendapat syafaat dari Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Salah satunya jalannya adalah menjalankan sunnah rasul yang pernah dicontohkan beliau kepada para sahabat dan disampaikan turun temurun oleh para Tabi’in, para Tabi'ut tabi'in dan para penerus selanjutnya sampai saat ini.

Namun  hari ini aku ingin mencoba lebih mengenal apa itu syafaat

Dalam beberapa literature dan Al Quran dituliskan mengenal syafaat
Menurut catatan kaki No. 46 dari Al Qur’an terbitan Departemen Agama RI adalah perantaraan. Jadi Juru Syafa’at adalah perantara.

Siapa yang mampu memberi syafaat ?
Yang mampu member syafaat haruslah seijin Allah SWT seperti dalam firman Allah :

 
“Syafa’at mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali Allah sudah mengizinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhaiNya” (QS An Najm (53) : 26)
 “Siapakah yang dapat memberi syfa’at disisi Allah tanpa izinNya” (Ayat Kursi Al Baqarah (2) : 255)


Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pemberi syafaat ?

Ada beberapa hadits yang mungkin perlu terlebih dahulu kita baca :

(Hadits Shahih Bukhari 163)
 “Hai, Bani Abdul Muthalib! Aku tidak kuasa apa-apa untuk membelamu sekalian di hadapan Allah kelak. Karena itu, kecuali sedikit harta yang kumiliki mintalah kepadaku jika kamu membutuhkan!”


(Hadits Shahid Bukhari 1261)
“Dari Abu Hurairah r.a, katanya: Rasulullah Saw berdiri ketika Tuhan yang Maha Mulia dan Maha Besar menurunkan ayat yang artinya: “Dan berilah peringatan kepada kaum famili engkau terdekat!” 
Lalu beliau bersabda: “Hai kaum Quraisy! (atau perkataan yang serupa dengan itu). Tebuslah dirimu! Aku tiada dapat menolongmu barang sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Bani Abdi Manaf! Aku tiada bisa menolongmu sedikitpun. Hai Abbas anak Abdul Muthalib! Aku tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. “Hai Safiah, bibi Rasulullah! Aku tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan. Hai Fatimah binti Muhammad! Mintalah kepada aku harta dan aku tiada bisa menolongmu sedikitpun dari siksa Tuhan!”


Dan berikut ditegaskan dalam Al Quran 

 “Katakanlah: Aku bukanlah rasul yang pertama diantara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang diperbuat terhadapku, dan apa yang diperbuat terhadapmu, aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan” (QS Al Ahqaf (46) : 9)

 “Dan katakanlah: “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan” (QS Al Hijr (15) : 89)

Sabda Rasulullah saw :
Syafaatku adalah kuberikan untuk ummatku yg berdosa besar (Shahih Muslim)

hadits beliau saw : “Sungguh matahari mendekat dihari kiamat hingga keringat sampai setengah telinga, dan sementara mereka dalam keadaan itu mereka ber-istighatsah (minta tolong) kepada Adam, lalu mereka beristighatsah kepada Musa, Isa, dan kesemuanya tak mampu berbuat apa apa, lalu mereka beristighatsah kepada Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam” (Shahih Bukhari hadits no.1405)


Juga banyak terdapat hadits serupa pada Shahih Muslim hadits no.194, shahih Bukhari hadits no.3162, 3182, 4435, dan banyak lagi hadist-Hadits shahih yg rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menunjukkan umat manusia ber istighatsah pada para nabi dan rasul, bahkan Riwayat shahih Bukhari dijelaskan bahwa mereka berkata pada Adam, Wahai Adam, sungguh engkau adalah ayah dari semua manusi.. dan seterusnya.. dan seterusnya … dan seterusnya dan Adam as berkata : “Diriku..diriku.., pergilah pada selainku.., hingga akhirnya mereka ber Istighatsah memanggil manggil Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Tanggapan habib Munzir terkait dengan hadits tersebut di atas 

Ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bahwa beliau tidak mampu memberi syafaat adalah demi para sahabatnya tidak bertopang diri dan meninggalkan amal, karena ummat beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sudah dijamin surga walau hanya dengan ucapan Laa ilaha illallah, sebagaimana sabda beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam : 


Barangsiapa yg mengucap Laa ilaha illallah, maka ia akan masuk sorga. Maka selain daripada itu adalah siksa neraka yg tidak kekal bagi para pendosa, Bagi para pendosa disediakan pengampunan di dunia, jika mereka bertobat maka dalam sekejap dosanya sirna, jika mereka tak bertobat maka Allah jadikan setiap musibah mereka sebagai penghapus dosa (hadits riwayat shahih Bukhari), dan setiap kesedihan merekapun merupakan penghapusan dosa (shahih Bukhari), setiap mereka shalat terdapat penghapusan dosa (Shahih Bukhari), setiap mereka berwudhu terdapat penghapusan dosa (shahih Bukhari dan Shahih Muslim),

Dan seluruh ibadah adalah menghapus dosa dosa, Muslimin selalu disucikan oleh Allah tanpa mereka sadari, semakin mereka taat maka semakin sucilah mereka, hingga wafat dalam kemuliaan dan masuk surge

Semoga bermanfaat dan semakin menguatkan keimanan kita dan tanpa ragu menjalankan sunnah rasul dari yang ringan untuk memimpikan mendapat syafaat beliau di akhirat ..amien