Bacalah dan pahami




Seorang Muslim tua bertahan hidup di suatu perkebunan di suatu dengan cucu lelakinya yg masih muda. Setiap pagi Kakek bangun lebih awal dan membaca Al Quran di meja makan di dapurnya. Cucu lelakinya ingin sekali menjadi seperti kakeknya dan mencoba untuk menirunya dalam cara apapun semampunya. Suatu hari sang cucunya bertanya, “Kakek! Aku mencoba untuk membaca Al Qur’an seperti yang kakek lakukan tetapi aku tidak memahaminya, dan apa yang aku pahami aku lupakan secepat aku menutup buku. Apa sih kebaikan dari membaca Al Qur’An?

Dengan tenang sang Kakek dengan meletakkan batubara di dasar keranjang, memutar sambil melobangi keranjang nya ia menjawab, “Bawa keranjang batubara ini ke sungai dan bawa kemari lagi penuhi dengan air.” Maka sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek, tetapi semua air habis menetes sebelum tiba di depan rumahnya.

Kakek tertawa dan berkata, “Lain kali kamu harus melakukukannya lebih cepat lagi,” Maka ia menyuruh cucunya kembali ke sungai dengan keranjang tersebut untuk dicoba lagi. Sang cucu berlari lebih cepat, tetapi tetap, lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum ia tiba di depan rumah. Dengan terengah-engah, ia berkata kepada kakek nya bahwa mustahil membawa air dari sungai dengan keranjang yang sudah dibolongi, maka sang cucu mengambil ember sebagai gantinya. Sang kakek berkata, “Aku tidak mau ember itu; aku hanya mau keranjang batubara itu. Ayolah, usaha kamu kurang cukup, maka sang kakek pergi ke luar pintu untuk mengamati usaha cucu laki-lakinya itu. Cucunya yakin sekali bahwa hal itu mustahil, tetapi ia tetap ingin menunjukkan kepada kakeknya, biar sekalipun ia berlari secepat-cepatnya, air tetap akan bocor keluar sebelum ia sampai ke rumah.

Sekali lagi sang cucu mengambil air ke dalam sungai dan berlari sekuat tenaga menghampiri kakek, tetapi ketika ia sampai di depan kakek keranjang sudah kosong lagi. Sambil terengah-engah ia berkata, ” Lihat Kek, percuma!” “Jadi kamu pikir percuma?” Jawab kakek.

Kakek berkata, “Lihatlah keranjangnya.” Sang cucu menurut, melihat ke dalam keranjangnya dan untuk pertama kalinya menyadari bahwa keranjang itu sekarang berbeda. Keranjang itu telah berubah dari keranjang batubara yang tua kotor dan kini bersih, luar dalam. “Cucuku, hal itulah yang terjadi ketika kamu membaca Al Qur’An. Kamu tidak bisa memahami atau ingat segalanya, tetapi ketika kamu membaca nya lagi, kamu akan berubah, luar dalam. Itu adalah karunia dari Allah di dalam hidup kita.”

Setiap orang yang membaca al-Qur’an dengan ikhlas Lillah, maka ia mendapat pahala. Namun pahala ini dilipatgandakan jika disertai dengan kehadiran hati, penghayatan, dan pemahaman terhadap ayat yang dibaca. Maka satu huruf bisa dilipatgandakan pahalanya menjadi sepuluh kebaikan, bahkan tujuh ratus kali lipat.

Pahala membacanya. Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al-Qur’an), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi)

Keutamaan mempelajari al-Qur’an, menghafalnya, dan pandai membacanya. Sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam:“Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia hafal dengannya bersama para malaikat yang suci dan mulia, sedang perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an sedang ia senantiasa melakukannya meskipun hal itu sulit baginya maka baginya dua pahala.” (Muttafaq ‘alaih)

“Siapa saja tidur melupakan hizbnya atau sesuatu darinya, lalu membacanya pada waktu antara Shalat Subuh dan Shalat Zhuhur, maka dicatat baginya pahala seakan-akan ia telah membacanya di malam hari.” (HR. Muslim) Janganlah Anda termasuk orang yang menjauhi al-Qur’an atau melupakannya dengan cara apapun, seperti menjauhi membacanya, pemahaman maknanya, pengamalannya, atau berobat dengannya.

Buah apel dan Tsabit bin Ibrahim

Beberapa hari yang lalu, aku duduk di meja yang biasa aku duduki. Karena terasa haus aku membuka air mineral gelas yang masih terbungkus segelnya. Aku pun meminumnya. Sekonyong-konyong aku mendapat teguran Allah dari mulut seseorang. "Memang itu milikmu"..Astagfirullah dalam hati..iya ya.ini minum siapa. Awalnya aku yakin ngga ada yang memiliki dan kebetulan ada di meja yang biasa aku duduki. Hmm..akhirnya aku cari tau asal muasal gelas mineral itu. Dan ternyata memang gelas itu ada yang memindahkan dari meja seseorang temanku ke mejaku dengan alasan yang ngga diketahui. Syukur Alhamdulillah aku mendapat gelas mineral penggantinya dan kuletakkan kembali ke meja asalnya. Terima kasih teman telah mengingatkanku.


Pagi ini aku berusaha mencari cerita yang dulu pernah aku baca dan mirip dengan ceritaku tadi yaitu kisah buah apel dan Tsabit bin Ibrahim. Semoga cerita ini bermanfaat buat kita semua.

Seorang lelaki yang saleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah. Tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh ke luar pagar sebuah kebun buah-buahan. Melihat apel yang merah ranum itu tergeletak di tanah terbitlah air liur Tsabit, terlebih-lebih di hari yang sangat panas dan di tengah rasa lapar dan haus yang mendera. Maka tanpa berpikir panjang dipungut dan dimakannyalah buah apel yang terlihat sangat lezat itu. Akan tetapi baru setengahnya di makan dia teringat bahwa buah apel itu bukan miliknya dan dia belum mendapat ijin pemiliknya.

Maka ia segera pergi ke dalam kebun buah-buahan itu dengan maksud hendak menemui pemiliknya agar menghalalkan buah apel yang telah terlanjur dimakannya.


Di kebun itu ia bertemu dengan seorang lelaki. Maka langsung saja ia berkata, “Aku sudah memakan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya”. Orang itu menjawab, “Aku bukan pemilik kebun ini. Aku hanya khadamnya yang ditugaskan merawat dan mengurusi kebunnya”. Dengan nada menyesal Tsabit bertanya lagi, “Dimana rumah pemiliknya? Aku akan menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini.” Pengurus kebun itu memberitahukan, “Apabila engkau ingin pergi kesana maka engkau harus menempuh perjalanan sehari semalam”. Tsabit bin Ibrahim bertekad akan pergi menemui si pemilik kebun itu. Katanya kepada orangtua itu, “Tidak mengapa. Aku akan tetap pergi menemuinya, meskipun rumahnya jauh. Aku telah memakan apel yang tidak halal bagiku karena tanpa seijin pemiliknya. Bukankah Rasulullah Saw sudah memperingatkan kita lewat sabdanya : “Siapa yang tubuhnya tumbuh dari yang haram, maka ia lebih layak menjadi umpan api neraka.”

Tsabit pergi juga ke rumah pemilik kebun itu, dan setiba disana dia langsung mengetuk pintu. Setelah si pemilik rumah membukakan pintu, Tsabit langsung memberi salam dengan sopan, seraya berkata, “Wahai tuan yang pemurah, saya sudah terlanjur makan setengah dari buah apel tuan yang jatuh ke luar kebun tuan. Karena itu sudikah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu ?” Lelaki tua yang ada di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat. Lalu dia berkata tiba-tiba, “Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat.” Tsabit merasa khawatir dengan syarat itu karena takut ia tidak bisa memenuhinya. Maka segera ia bertanya, “Apa syarat itu tuan?” Orang itu menjawab, “Engkau harus mengawini putriku !” Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu, maka dia berkata, “Apakah karena hanya aku makan setengah buah apelmu yang jatuh ke luar dari kebunmu, aku harus mengawini putrimu ?” Tetapi pemilik kebun itu tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah menambahkan, katanya, “Sebelum pernikahan dimulai engkau harus tahu dulu kekurangan-kekurangan putriku itu. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu ia juga seorang gadis yang lumpuh !” Tsabit amat terkejut dengan keterangan si pemilik kebun. Dia berpikir dalam hatinya, apakah perempuan semacam itu patut dia persunting sebagai isteri gara-gara ia memakan setengah buah apel yang tidak dihalalkan kepadanya? Kemudian pemilik kebun itu menyatakan lagi, “Selain syarat itu aku tidak bisa menghalalkan apa yang telah kau makan !” Namun Tsabit kemudian menjawab dengan mantap, “Aku akan menerima pinangannya dan perkawinannya. Aku telah bertekad akan mengadakan transaksi dengan Allah Rabbul ‘Alamin. Untuk itu aku akan memenuhi kewajiban-kewajiban dan hak-hakku kepadanya karena aku amat berharap Allah selalu meridhaiku dan mudah-mudahan aku dapat meningkatkan kebaikan-kebaikanku di sisi Allah Ta’ala”.

Maka pernikahanpun dilaksanakan. Pemilik kebun itu menghadirkan dua saksi yang akan menyaksikan akad nikah mereka. Sesudah perkawinan usai, Tsabit dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu, karena bukankah malaikat Allah yang berkeliaran dalam rumahnya tentu tidak tuli dan bisu juga. Maka iapun mengucapkan salam, “Assalamu’alaikum….” Tak dinyana sama sekali wanita yang ada dihadapannya dan kini resmi menjadi istrinya itu menjawab salamnya dengan baik. Ketika Tsabit masuk hendak menghampiri wanita itu, dia mengulurkan tangan untuk menyambut tangannya. Sekali lagi Tsabit terkejut karena wanita yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan ini. “Kata ayahnya dia wanita tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamnya dengan baik. Jika demikian berarti wanita yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangan dengan mesra pula”, kata Tsabit dalam hatinya. Tsabit berpikir mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan kenyataan yang sebenarnya ? Setelah Tsabit duduk disamping istrinya, dia bertanya, “Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa ?” Wanita itu kemudian berkata, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah melihat apa-apa yang diharamkan Allah”. Tsabit bertanya lagi, “Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?” Wanita itu menjawab, “Ayahku benar, karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat ridha Allah. Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?” tanya wanita itu kepada Tsabit yang kini sah menjadi suaminya. Tsabit mengangguk perlahan mengiyakan pertanyaan istrinya. Selanjutnya wanita itu berkata, “aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya mengunakan lidahku untuk menyebut asma Allah Ta’ala saja. Aku juga dikatakan lumpuh karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang bisa menimbulkan kegusaran Allah Ta’ala”.

Tsabit amat bahagia mendapatkan istri yang ternyata amat saleh dan wanita yang akan memelihara dirinya dan melindungi hak-haknya sebagai suami dengan baik. Dengan bangga ia berkata tentang istrinya, “Ketika kulihat wajahnya……Subhanallah, dia bagaikan bulan purnama di malam yang gelap”.

Tsabit dan istrinya yang salihah dan cantik rupawan itu hidup rukun dan berbahagia. Tidak lama kemudian mereka dikaruniai seorang putra yang ilmunya memancarkan hikmah ke penjuru dunia. Itulah Al Imam Abu Hanifah An Nu’man bin Tsabit.


Teman yang abadi

Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a pernah meriwayatkan bahwa begitu seseorang meninggal dunia. ketika jenazahnya masih terbujur diadakanlah "upacara perpisahan" di alam ruh. Pertama tama ruh mayit dihadapkan kepada seluruh kekayaannya yang ia miliki.
Kemudian terjadi dialog antara keduanya.
Mayit itu berkata pada seluruh kekayaannya, "dahulu aku bekerja keras untuk mngumpulkanmu, sehingga lalai dan lupa untuk mengabdi kepada Allah, bahkan sampai aku tak mau tahu mana yang benar ataupun salah. Sekarang apa yang akan kau berikan sebagai bekal perjalananku ini." Lalu harta kekayaan itu berkata,"ambilah dariku hanya untuk kain kafanmu!" Jadi hanya kain kafan lah harta yang dapat dibawa untuk bekal perjalanan selanjutnya.
Sesudah itu si mayit dihadapkan kepada seluruh keluarganya. lalu si mayit berkata, "Dahulu aku mencintai kalian, menjaga dan merawat kalian sepenuh hatiku. Begitu susah payah aku mengurus kalian sampai aku lupa mengurus diriku sendiri. Sekrang apa yang akan kalian bekalkan untukku pada perjalanan menuju Allah ini?" Kemudian keluarganya mengatakan, "kami hanya mampu mengantarkanmu sampai ke kuburan saja"
Ternyata mereka yang dulu dibela dan dilindungi dengan penuh perngorbanan jiwa dan raga tidak mampu menemani di liang kubur.
Setelah itu si mayit akan dijemput oleh makhluk jelmaan amalnya. kalau semasa hidup ia banyak beramal shaleh maka dia akan dijemput oleh makhluk berwajah ceria dengan memancarkan cahaya dan aroma semerbak, yang jika dipandang akan menimbulkan kenikmatan tiada tara. Sebaliknya bila waktu hidup sering membangkang pada perintah Allah SWT dan RasulNya maka si mayit akan dijemput oleh makhluk yang menakutkan dengan bau yang busuk.
Bertanyalah si mayit, "Siapakah anda sebenarnya?" Saya tidak kenal dengan anda" Makhluk itu kemudian menjawab," akulah jelmaan amalmu sewaktu hidup dan aku yang akan selalu menemanimu dalam menempuh perjalanan panjang menuju Tuhanmu...
Di dalam Al Quran surat Lukman ayat 33 juga memperingatkan kita “maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakanmu”
Setelah membaca kisah sufi ini banyak memberikan pencerahan kepada kita. Tidak semau yang kita upayakan di dunia ini akan ditinggalkan. Ada juga yang setia menemani kita di alam kubur ratusan tahun bahkan ribuan tahun sampai hari kiamat tiba. Tapi bukan harta, bukan pula keluarga apalagi teman. Ayo mulai sekarang kita peduli dengan amalan kita. InsyaAllah aku dan kita bisa melakukan amalan-amalan itu dengan ikhlas untuk mendapatkan pahala dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala

Rasulullah bersabda “Kebinasaan umatku ada di dalam dua hal, yaitu meninggalkan ilmu dan mengumpulkan harta”

Hadits Qudsi “Wahai Manusia! Aku heran pada orang yang yakin akan kematian, tapi hidup bersuka ria. Aku heran pada orang yang yakin adanya alam akhirat, tapi ia menjalani kehidupan dengan bersantai-santai”

Memelihara kesadaran



Assalamualaykum akhi dan ukhti….Senang bisa manuangkannya dalam tulisan, ingin buru-buru berbagi apa yang telah aku dapatkan. Semoga bisa mengingatkan aku dan bermanfaat buat orang lain. Karena senantiasa selalu inget dengan salah satu ayat dalam Al Quran yang sebenarnya belum hapal arabnya, yang pasti ada pada surat Al Ghassiyah (QS 88 ayat 21 dan 22) :


Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka (QS 88:21-22)

Hidup di dunia hanyalah sebentar, pada kajian terpisah gambaran umur manusia di dunia ini jika dibandingkan dengan waktunya akhirat hanya sekitar 2.5 jam itu juga kalo umur rata-rata manusia di dunia adalah 100 tahun (insyaAllah detailnya akan aku sampaikan terpisah). Yang pasti hal ini menggambarkan betapa singkatnya dunia ini. Benar kata pepatah yang pernah aku dengar “Dunia hanya persinggahan, maka ambillah bekalmu seperlunya”.


InsyaAllah aku dan kita semua tetap memelihara kesadaran dalam beragama tetap tinggi. Kita coba selalu senantiasa menjaga semangatnya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menjaganya dan sebaiknya kita konsisten :

Tekad di pagi hari
Dengan segenap kesungguhan hati, seusai sholat Shubuh kita bertekad untuk mengontrol hawa nafsu kita dan akan bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang Allah berikan baik jalur hablum minallah maupun pada jalur hablum minannas. Menyadari bahwa sepanjang hari ini akan menghadapi ujian-ujian Allah (bergunjing, suudzon, dengki, malas sholat apalagi tepat waktu, dan banyak lagi). Semoga kita bisa memanfaatkan ujian-ujian Allah sebagai ladang pahala.

Kerja Ibadah vs Sholat Ibadah
Tempatkanlah panggilan Sholat sebagai yang utama. Lakukanlah Sholat Dzuhur dan Ashar sebagai hal utama di sela perjalanan hari kita. Kerja memang ibadah tapi sholat juga utamanya ibadah. Walau kita semua harus jujur benarkah hati kita memahami yang dimaksud dengan kerja adalah ibadah, mungkin kita perlu melihat kembali tujuan kita bekerja. Kalau kerja yang kita anggap adalah ibadah sampai menghalangi kita untuk melakukan ibadah utama yaitu Sholat, jika kerja kita mengabaikan panggilan sang Maha Pencipta, sang Maha Pemberi Rejeki mungkin tak selayaknya kerja itu dikatakan ibadah. Apalagi jika kita sampai melewatkan sholat itu..Astagfirullah. Bukannya tidak boleh mengerjakan Sholat di tengah waktu sholat maupun menjelang akhir waktu. Allah telah memberikan ruang waktu masing-masing waktu sholat untuk memberikan kemudahan buat umat Islam. Namun InsyaAllah, Allah akan memberikan petunjuknya buat kita semua untuk mengertinya sholat di awal waktu.

Evaluasi perjalanan di hari ini
Seusai sholat Isya, insyaAllah aku dan kita semua bisa mengevaluasi perilaku dan perbuatan yang telah dijalani, mulai dari pagi sampai dengan sore hari ini. Mengakui kegagalan-kegagaln dalam mengatasi ujian-ujian Allah, memohon ampun kepada Al Ghofur. Dan kita kembali berniat insyaAllah besok akan tampil lebih baik. Niat lebih baik dari perbuatannya.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Al Hasyr QS 59 : 18)

Sediakan waktu untuk merenung kematian
Sediakanlah waktu untuk merenung kematian. Jadi ingat banget dengan nasihat yang diberikan oleh Ustad Ahmad Sarwat dikala chatting sama beliau. Pak Ustad..berilah saya sebuah nasihat untuk tetap istiqomah, Ustad memberikan nasihatnya “selalu ingatlah kematian, kematian akan menjemput kita kapanpun”. Subhanallah dan Alhamdulilah nasihat itu selalu teringat.

Umar bin Khatab ra. pernah berkata : “ Hitunglah dirimu sebelum dihitung dan timbanglah dirimu sebelum ditimbang”

Semoga kita tidak terjebak dalam kesibukan dunia ini. Terjebak mati-matian mengumpulkan harta untuk memenuhi hawa nafsu. Semoga kita bisa memupuk keyakinan akan mati ini, hidup adalah kesempatan dan jadikanlah ia sebagai persiapan.

Ada petikan dari perkataan seseorang yang dikenal dengan ahli hikmah yang intinya seperti ini
“…orang yang lupa mati itu seperti sapi yang sedang lahap memakan rumputan segar. Meskipun tempat penjagalan ada beberapa meter dari tempatnya makan. Kalau saja sapi itu dapat berfikir bahwa gilirannya dijagal tinggal beberapa menit lagi, niscaya nafsu makannya akan hilang dan pasti sapi itu berupaya untuk melarikan diri dari tempat itu…’

Menjelang tidur..tutuplah dengan amalan ibadah, anggaplah tidur sebagai kematian sehingga kita menutup hidup ini dengan amalah ibadah, entah itu berdoa menjelang tidur, sholat witir selepas isya dan sebagainya. “Maafkanlah orang-orang disekitarmu, ampunilah mereka jika mereka telah menyakiti hatimu dan berdoalah buat mereka” sebelum pejamkan mata. Kemudian niatkan untuk bangun lebih pagi dengan harapan bisa melakukan sholat malam dan Shubuh tepat waktu. InsyaAllah kembali kita bisa niatkan dan bertekad untuk menjalankan hari-hari dengan lebih baik sesuai dengan aturan Allah SWT dan Sunnah Nabi Muhammad SAW.

Aku bukan orang yang lebih baik dari kalian, tapi hanya berniat tulus untuk menyampaikan peringatan buat kebaikan diriku pribadi dan kita semua

Jangan tergiur oleh kemewahan dalam mengejar harta benda duniawi

ada cerita teman dari Bandung



Di Bandung tepatnya di daerah Jl. Dalem Kaum, yang satu arah, disebelah gedung Palaguna yang saat ini sudah tidak dipergunakan, ada seorang kakek-kakek tua gemuk yang berjualan bubur ayam.



Saya perhatikan, beliau dalam melayani para pembelinya selalu dengan sepenuh hati, beliau memotong-motong ayam dan ati ampela nya se lembut mungkin, apabila ada tulang, beliau sisihkan, tidak dihidangkan,

beliau taburkan ayam dan ati ampela tersebut sebanyak mungkin hingga mangkuknya terlihat sangat penuh. sehingga kita pun tidak merasa rugi sedikit pun dengan membeli bubur ayam seharga Rp.10.000 / mangkuk. Di dahi nya terlihat menghitam, tanda seringnya beliau bersujud kepada



ALLAH, mukanya bercahaya tanda sering terbasuh oleh air wudhu... mukanya terlihat damai... jauh dari pikiran buruk kepada orang lain. Apabila ada gelandangan yang lewat dan meminta sedikit makanan, beliau langsung menyajikan dan memberikan satu buah mangkuk penuh berisi bubur ayam tanpa meminta bayaran : beliau hanya berkata



" keun weh karunya, bapa mah mening ngaladangan nu nyuhunkeun kitu tibatan ngaladangan preman² nu emam bubur tapi kalalabur teu malayar"

(ga apa-apa, bapak sih mendingan melayani orang yang meminta secara sopan kepada saya daripada melayani preman-preman yang berlagak sok mau membeli tapi akhirnya tidak membayar )

Lalu saya memberanikan diri untuk membuka pembicaraan dengan beliau...



Saya :" Assalamu'alaikum Pak Haji, kumana damang Pajeng pa haji ?

(Assalamu'alakum Pak Haji, Gimana kabarnya? laku ya pak dagangannya? )



Penjual Bubur : " Alhamdulillah Den, cekap kangge tuang mah...

(Alhamdulillah nak, cukup untuk makan sehari-hari)



Saya : " Parantos sabaraha lami icalan didieu pa haji teh ?

(Sudah berapa lama bapak berjualan di sini pak?)



Penjual Bubur : " Ti Taun 78 Den, Alhamdulillah mayeng.. Alhamdulillah tos tiasa angkat ka

haji 2 x, putra tos jararanten sadayana...



Alhamdulillah Den...

(Dari tahun 1978 nak, Alhamdulillah lancar... Alhamdulillah sudah bisa berangkat haji 2 x, anak saya semuanya sudah jadi orang…Alhamdulillah nak.)



Saya : " Rahasiana naon eta teh Pa Haji ?"

(Apa rahasianya pak haji?)



Penjual Bubur : "ULAH HILAP SHALAT DHUHA UNGGAL ENJING-ENJING INSYA ALLAH DIMUDAHKEUN URUSAN KU GUSTI NU MAHA SUCI"

(Jangan lupa laksanakan Shalat Dhuha setiap pagi, Insya Allah dimudahkan segala urusan oleh ALLAH SWT) Di dunia mah hirup mung



sakedap den, ayeuna mah urang siap-siap weh nyanghareupan sakaratul maut, ulah silap ku harta banda, moal dicandak ka liang lahat. Kade ulah nuang rezeki nu haram. Insya Allah disayang ku gusti.

(Hidup di dunia hanya sebentar nak, sekarang kita harus bersiap-siap menghadapi sakaratul maut, jangan tergiur oleh kemewahan dalam mengejar harta benda duniawi, percuma, hal tersebut tidak akan kita bawa ke liang lahat. Hindari memakan rezeki yang haram. Insya Allah akan disayang oleh Allah SWT.)

Saya : Pa haji, upami tabuh 7 tos se'ep mah naha teu nyandak langkung bubur teh ? naha mung nyandak 5 kg wae

(Pa haji, bila setiap hari jam 7 pagi dagangan sudah habis, kenapa ga bawa buburnya dilebihin aja dari 5 kg? kenapa hanya di pas ambil 5 Kg)



Penjual Bubur : Mun dilangkungan, sok kacandak deui ka bumi, janten mubah. Panginten rezekina ti ALLAH mung 5 kg sadinten, eta teh kacandak Rp. 1jt sadinten, upami dinten minggon tiasa kacandak Rp. 2 jt sadinten..

(Bila dilebihin, suka jadi mubazir, akhirnya terbawa kembali ke rumah. Mungkin rezekinya dari ALLAH hanya 5 KG sehari, itu juga Bapak bisa bawa pulang 1 JT rupiah sehari, apabila hari minggu bisa bawa pulang 2 Jt..

Saya jadi teringat kepada salah satu ayat AL Quran.."Rezeki diberikan oleh Allah kepada semua orang baik maupun jahat.



tetapi pemberian yang khusus, rezeki yang sebenarnya, sebagai hasil perjuangan rohani ialah untuk kehidupan orang yang benar-benar bertaqwa kepada ALLAH SWT" (QS.20:132.Abd Yusuf Ali)

Allah senantiasa memberikan Rahmat-Nya kepada setiap makhluk yang dikehendaki- Nya. Bahkan kepada bapak yang sehari-harinya hanya menjual bubur ayam...



Ukhtie Muslimah...

Ukhtie Muslimah...Sinarilah hatimu dengan AlQur'an

Jernihkan fikiranmu dengan kebijaksanaan

Kendalikan lisanmu hanya untuk kebaikan

Hiasilah wajahmu dengan senyum ketulusan

Langkahkan kakimu dengan kesopanan

Jaga Sholat

Jaga Aurat

Jaga Akhlaq

Luruskan Taubat

Tetap Semangat dalam menjalankan syariat.

Beribadahlah dengan dilandasi niat karena Allah SWT

Mandikan ALIF Bunda !


Di bawah ini adalah salah satu contoh tragis. Sering kali orang tidak mensyukuri apa yang diMILIKInya sampai akhirnya .....


Rani, sebut saja begitu namanya. Kawan kuliah ini berotak cemerlang dan memiliki idealisme tinggi. Sejak masuk kampus, sikap dan konsep dirinya sudah jelas: meraih yang terbaik, di bidang akademis maupun profesi yang akan digelutinya. ''Why not the best,'' katanya selalu, mengutip seorang mantan presiden Amerika.

Ketika Universitas mengirim mahasiswa untuk studi Hukum Internasional di Universiteit Utrecht , Belanda, Rani termasuk salah satunya. Saya lebih memilih menuntaskan pendidikan kedokteran. Berikutnya, Rani mendapat pendamping yang ''selevel''; sama-sama berprestasi, meski berbeda profesi.

Alifya, buah cinta mereka, lahir ketika Rani diangkat sebagai staf diplomat, bertepatan dengan tuntasnya suami dia meraih PhD. Lengkaplah kebahagiaan mereka. Konon, nama putera mereka itu diambil dari huruf pertama hijaiyah ''alif'' dan huruf terakhir ''ya'', jadilah nama yang enak didengar: Alifya. Saya tak sempat mengira, apa mereka bermaksud menjadikannya sebagai anak yang pertama dan terakhir.
Ketika Alif, panggilan puteranya itu, berusia 6 bulan, kesibukan Rani semakin menggila. Bak garuda, nyaris tiap hari ia terbang dari satu kota ke kota lain, dan dari satu negara ke negara lain.

Setulusnya saya pernah bertanya, ''Tidakkah si Alif terlalu kecil untuk ditinggal-tinggal? '' Dengan sigap Rani menjawab, ''Oh, saya sudah mengantisipasi segala sesuatunya. Everything is OK!'' Ucapannya itu betul-betul ia buktikan. Perawatan dan perhatian anaknya, ditangani secara profesional oleh baby sitter

mahal. Rani tinggal mengontrol jadual Alif lewat telepon. Alif tumbuh menjadi anak yang tampak lincah, cerdas dan gampang mengerti. Kakek-neneknya selalu memompakan kebanggaan kepada cucu semata wayang itu, tentang kehebatan ibu-bapaknya. Tentang gelar dan nama besar, tentang naik pesawat terbang, dan uang yang banyak.

''Contohlah ayah-bunda Alif, kalau Alif besar nanti.'' Begitu selalu nenek Alif, ibunya Rani, berpesan di akhir dongeng menjelang tidurnya.

Ketika Alif berusia 3 tahun, Rani bercerita kalau dia minta adik. Terkejut dengan permintaan tak terduga itu, Rani dan suaminya kembali menagih pengertian anaknya. Kesibukan mereka belum memungkinkan untuk menghadirkan seorang adik buat Alif. Lagi-lagi bocah kecil ini ''memahami'' orang tuanya. Buktinya, kata Rani, ia tak lagi merengek minta adik. Alif, tampaknya mewarisi karakter ibunya yang bukan perengek. Meski kedua orangtuanya kerap pulang larut, ia jarang sekali ngambek.

Bahkan, tutur Rani, Alif selalu menyambut kedatangannya dengan penuh ceria. Maka, Rani menyapanya ''malaikat kecilku''. Sungguh keluarga yang bahagia, pikir saya. Meski kedua orangtuanya super sibuk, Alif tetap tumbuh penuh cinta. Diam-diam, saya iri pada keluarga ini.


Suatu hari, menjelang Rani berangkat ke kantor, entah mengapa Alif menolak dimandikan baby sitter. ''Alif ingin Bunda mandikan,'' ujarnya penuh harap. Karuan saja Rani, yang detik ke detik waktunya sangat diperhitungkan, gusar. Ia menampik permintaan Alif sambil tetap gesit berdandan dan mempersiapkan keperluan kantornya. Suaminya pun turut membujuk Alif agar mau mandi dengan Tante Mien, baby sitter-nya. Lagi-lagi, Alif dengan pengertian menurut, meski wajahnya cemberut.

Peristiwa ini berulang sampai hampir sepekan. ''Bunda, mandikan aku!'' kian lama suara Alif penuh tekanan. Toh, Rani dan suaminya berpikir, mungkin itu karena Alif sedang dalam masa pra-sekolah, jadinya agak lebih minta perhatian. Setelah dibujuk-bujuk, akhirnya Alif bisa ditinggal juga.

Sampai suatu sore, saya dikejutkan telponnya Mien, sang baby sitter. ''Bu dokter, Alif demam dan kejang-kejang. Sekarang di Emergency.'' Setengah terbang, saya ngebut ke UGD. But it was too late. Allah swt sudah punya rencana lain. Alif, si malaikat kecil, keburu dipanggil pulang oleh-Nya. Rani, ketika diberi tahu soal Alif, sedang meresmikan kantor barunya. Ia shock berat. Setibanya di rumah, satu-satunya keinginan dia adalah memandikan putranya. Setelah pekan lalu Alif mulai menuntut, Rani memang menyimpan komitmen untuk suatu saat memandikan anaknya sendiri. Dan siang itu, janji Rani terwujud, meski setelah tubuh si kecil terbaring kaku. ''Ini Bunda Lif, Bunda mandikan Alif,'' ucapnya lirih, di tengah jamaah yang sunyi. Satu persatu rekan Rani menyingkir dari sampingnya, berusaha menyembunyikan tangis.

Ketika tanah merah telah mengubur jasad si kecil, kami masih berdiri mematung di sisi pusara. Berkali-kali Rani, sahabatku yang tegar itu, berkata, ''Ini sudah takdir, ya kan . Sama saja, aku di sebelahnya ataupun di seberang lautan, kalau sudah saatnya, ya dia pergi juga kan ?'' Saya diam saja. Rasanya Rani memang tak perlu hiburan dari orang lain. Suaminya mematung seperti tak bernyawa. Wajahnya pias, tatapannya kosong. ''Ini konsekuensi sebuah pilihan,'' lanjut Rani, tetap mencoba tegar dan kuat. Hening sejenak. Angin senja meniupkan aroma bunga kamboja.

Tiba-tiba Rani berlutut. ''Aku ibunyaaa!'' serunya histeris, lantas tergugu hebat. Rasanya baru kali ini saya menyaksikan Rani menangis, lebih-lebih tangisan yang meledak. ''Bangunlah Lif, Bunda mau mandikan Alif. Beri kesempatan Bunda sekali saja Lif. Sekali saja, Aliiif..'' Rani merintih mengiba-iba. Detik berikutnya, ia menubruk pusara dan tertelungkup di atasnya. Air matanya membanjiri tanah merah yang menaungi jasad Alif. Senja pun makin tua.

Nasi sudah menjadi bubur, sesal tidak lagi menolong.


Hal yang nampaknya sepele sering kali menimbulkan sesal dan kehilangan yang amat sangat. Sering kali orang sibuk 'di luaran', asik dengan dunianya dan ambisinya sendiri tidak mengabaikan orang2 di dekatnya yang disayanginya. Akan masih ada waktu 'nanti' buat mereka jadi abaikan saja dulu. Sering kali orang takabur dan merasa yakin bahwa pengertian dan kasih sayang yang diterimanya tidak akan hilang. Merasa mereka akan mengerti karena mereka menyayanginya dan tetap akan ada.
Pelajaran yang sangat menyedihkan. Semoga yang membacanya bisa mengambil makna yang terkandung dalam kisah tsb

Senyumlah dengan ikhlas



Sebagian manusia ketika berbicara tentang senyum mengaitkan dengan pengaruh psikologis terhadap orang yang tersenyum. Mengkaitkan boleh-boleh saja, yang oleh kebanyakan orang boleh jadi sepakat akan hal itu. Namun seorang muslim memandang hal ini dengan kaca mata lain, yaitu kaca mata ibadah, bahwa tersenyum adalah bagian dari mencontoh Nabi saw. yang disunnahkan dan bernilai ibadah.

Para pakar dari kalangan muslim maupun non muslim melihat seuntai senyuman sangat besar pengaruhnya.

Dale Carnegie dalam bukunya yang terkenal, “Bagaimana Anda Mendapatkan Teman dan Mempengaruhi Manusia” menceritakan:



Wajah merupakan cermin yang tepat bagi perasaan hati seseorang. Wajah yang ceria, penuh senyuman alami, senyum tulus adalah sebaik-baik sarana memperoleh teman dan kerja sama dengan pihak lain. Senyum lebih berharga dibanding sebuah pemberian yang dihadiahkan seorang pria. Dan lebih menarik dari lipstik dan bedak yang menempel di wajah seorang wanita. Senyum bukti cinta tulus dan persahabatan yang murni.



Ia melanjutkan, Saya minta setiap mahasiswa saya untuk tersenyum kepada orang tertentu sekali setiap pekannya. Salah seorang mahasiswa datang bertemu dengan pedagang, ia berkata kepadanya, “Saya pilih tersenyum kepada istriku, ia tidak tau sama sekali perihal ini. Hasilnya adalah saya menemukan kebahagiaan baru yang sebelumnya tidak saya rasakan sepanjang akhir tahun-tahun ini. Yang demikian menjadikan saya senang tersenyum setiap kali bertemu dengan orang. Setiap orang membalas penghormatan kepada saya dan bersegera melaksanakan khidmat -pelayanan- terhadap saya. Karena itu saya merasakan hidup lebih ceria dan lebih mudah.



Kegembiraan meluap ketika Carnegie menambahkan, ingatlah, bahwa senyum tidak membutuhkan biaya sedikitpun, akan tetapi membawa dampak yang luar biasa. Tidak akan menjadi miskin orang yang memberinya, justeru akan menambah kaya bagi orang yang mendapatkannya. Senyum juga tidak memerlukan waktu yang bertele-tele, namun membekas kekal dalam ingatan sampai akhir hayat. Tidak ada seorang fakir yang tidak memilikinya, dan tidak ada seorang kaya pun yang tidak membutuhkannya.



Betapa kita sangat membutuhkan sosialisasi dan penyadaran petunjuk Nabi yang mulia ini kepada umat. Dengan niat taqarrub ilallah -pendekatan diri kepada Allah swt.- lewat senyuman, dimulai dari diri kita, rumah kita, bersama istri-istri kita, anak-anak kita, teman sekantor kita. Dan kita tidak pernah merasa rugi sedikit pun! Bahkan kita akan rugi, rugi dunia dan agama, ketika kita menahan senyuman, menahan sedekah ini, dengan selalu bermuka masam dan cemberut dalam kehidupan.



Pengalaman membuktikan bahwa dampak positif dan efektif dari senyuman, yaitu senyuman menjadi pendahuluan ketika hendak meluruskan orang yang keliru, dan menjadi muqaddimah ketika mengingkari yang munkar. Orang yang selalu cemberut tidak menyengsarakan kecuali dirinya sendiri. Bermuka masam berarti mengharamkan menikmati dunia ini. Dan bagi siapa saja yang mau menebar senyum, selamanya ia akan senang dan gembira. Allahu a’lam