Makhluk yang paling banyak membantah

Diriwayatkan pada suatu malam Rasulullah saw mendatangi rumah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib untuk membangunkan keduanya. Diketuknya pintu rumah mereka yang tampak tidur pulas. Rasulullah saw berkata, “Kalian berdua tidak shalat malam?”

Ali bin Abi Thalib bangun dan berkata “Diri kami berada di tangan Allah yang kalau Dia menghendaki kami bangun maka kami pun dibangunkanNya!”. Mendengar itu Rasulullah saw marah dan segera berlalu sembari membaca potongan ayat berikut :

“Dan sungguh manusia itu makhluk yang paling banyak membantah “ (QS:18 Al Kahfi:54) (Kejadian ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslm dan Ahmad)


Alasan yang diungkapkan Ali bin Abi Thalib tadi mungkin juga merupakan alasan kebanyakan kita. Kita selalu mencari alasan, mencari pembenaran untuk tidak melakukan apa yang telah diperintahkan. Sifat bermalas-malasan dipupuk yang nanti akhirnya menjadi lupa akan perintahNya.

Beberapa bulan yang lalu, menjelang waktu magrib tiba, aku menumpang ojeg untuk diantarkan pulang ke rumah. Perkiraanku sholat magrib dapat aku tunaikan di Mesjid dekat rumah. Namun hujan yang sangat deras waktu itu sepertinya tidak memungkinkan aku sampai tepat waktu, di tambah motor yang dikendarai tukang ojeg yang sudah separuh baya itu sering mogok di perjalanan.

Di bawah derasnya hujan kami mendengar suara adzan, sempat terpikir untuk mampir di mesjid terdekat. Karena aku tahu tukang ojeg adalah seorang muslim terdengar dari kalimat toyyibah yang selalu dia ucapkan ketika meng-engkol motornya yang mogok, maka aku tawarkanlah kepada dia untuk sholat dahulu, “pak, kita sholat magrib dulu aja ya, adzan sudah terdengar. InsyaAllah diberikan kemudahan sehingga motornya ngga mogok-mogok lagi” sedikit merayu tukang ojeg. Namun tukang ojeg itu menjawab “nanti aja pak, tanggung pak, mumpung motornya lagi nyala nih”. Beberapa puluh meter kemudian, motor itu mogok lagi, kembali aku tawarkan, namun jawaban yang sama aku dapatkan.

Setelah aku ketahui bahwa motor yang dikendarainya kekurangan bahan bakar, karena indikator BBM di panel motor itu menyala merah (bertanda empty), akhirnya aku putuskan kepada dia untuk mengisi bensin di POM Bensin yang ada sekitar 700 meter di depan.

Sesampainya di POM, aku ijin kepada tukang ojeg itu untuk menunaikan sholat magrib dan aku memohon kepada bapak itu untuk menyusul aku ke mushola. Tukang Ojeg itupun menjawab dengan alasan yang sama, saya nanti aja pak tanggung, lagian baju saya kotor nih. Hmm..aku katakan, dengan wudhu insyaAllah bapak suci kembali. Tapi dia kembali menjawab nanti aja pak, saya sholat di rumah aja. Sudahlah aku pikir, aku harus segera ke mushola.

Selepas sholat kembali aku menemui tukang ojeg itu untuk kembali melanjutkan perjalanan. Aku kembali bertanya, Pak, emang rumahnya dimana? Aku turun di sini aja pak. Aku takut bapak ngga keburu nyampe rumah nanti, magribnya lewat deh. Tukang ojeg pun berujar “rumah saya di Pondok Kopi pak”, waduh jawab aku, itu khan jauh dari sini, sepertinya bapak ngga mungkin deh sempet sholat di rumah. “Ngga apa-apa pak biasanya saya qodo sholatnya lagian baju saya kotor nih kena air kencing tadi”..hmm..sepertinya alasan-alasan itu muncul lagi. Oke deh aku bilang, mudah2an bapak bisa sempetin sholat nanti, aku juga jelaskan kepada dia untuk tidak meng-qodo sholat apabila syarat-syaratnya tidak dipenuhi terutama jarak, bapak itu pun menjawab “oh gitu ya” mudah-mudah2an dia memahami..

Bapak ini banyak sekali alasannya pikirku. Kasian sekali melihatnya. Aku saja yang selalu mengusahakan untuk menunaikan sholat masih belum yakin apakah amalan ini diterima olehNya, apalagi yang benar-benar dengan mudahnya meninggalkannya.

Selama perjalanan otakku berpikir, bagaimana caranya aku bisa mengingatkan tukang ojeg ini, terbayang janji Allah bagi orang yang menjadi asbab perantara hidayahNya. Sesampai di rumah..aku meminta tukang ojeg itu menunggu, kucarikan pakaianku yang layak untuk dia pakai dan aku berikan celana dan baju itu serta uang pembayaran jasa dan kembali aku bermohon dan berharap.” Pak ini baju dan celana buat bapak, mungkin bapak bisa ganti baju dan mampir untuk sholat”, iya pak jawabnya tegas. “InsyaAllah usaha terakhirku setelah perpisahan ini berhasil” pikirku..

Itulah sedikit cerita yang bisa aku bagi, tidak ada maksud untuk riya, ujub pada kalimat terkahir cerita itu. Hanya ingin berbagi semoga semangat di masing-masing hati kita selalu peduli kepada umat, kasih-mengasihi dan saling mengingatkan. Ada ucapan ulama “tidaklah tumbuh iman ini sampai kita saling mencintai sesama manusia”. Wallahualam

0 komentar:

Posting Komentar