Menyucikan diri

Saudaraku seiman, semoga Allah menguatkan Anda dengan semangat dari-Nya. Perlu kiranya Anda mengetahui bahwa menyucikan diri merupakan alat untuk mengalirkan moral yang positif dari unsur-unsur keabadian umat yang besar dan kuat. “Umat itu akan survive bila masih memiliki nilai moral, bilanilai moralnya telah lenyap maka lenyap pula mereka.”

Atas dasar itu, perintah untuk menyucikan diri menjadi sangat dibutuhkan. Sebab, ia sangat mempengaruhi berdirinya masyarakat, baik negatif maupun positif. Penyucian diri merupakan prinsip yang mendasari berbagai perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam diri manusia.


Sehingga, ketika suatu jiwa sudah terbiasa dengan akhlak dan tingkah laku yang baik, maka jiwa dimaksud akan mempunyai kecenderungan untuk mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah Ta’ala dan memberlakukan manhaj-Nya. Adakah perkataan yang lebih jujur dari firman Allah? Dia-lah yang pernah berfirman (artinya):

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah maka sesungguhnya yang demikian itu timbul dari ketakwaan hati .” (Al-Hajj: 32).

Akhlak mulia merupakan tulang rusuk syari’at yang penuh toleran, sekaligus menjadi pondasi agama yang dibawa oleh Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.Karenanya, jiwa harus dibentuk berdasarkan moral dimaksud sehingga ia mendapatkan keberuntungan dan berdiri berdasarkan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Sumber: Buku Cara Para Nabi Menyucikan Diri halaman 11-12,
Judul Asli: Manhaj Al-Anbiya fi Tazkiyati an-Nufus. Penerjemah: Syamsuddin TU.
Penulis: Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly

0 komentar:

Posting Komentar