Doa Hari Kesepuluh Ramadhan

Allâhummaj’anî fîhi minal mutawakkilîna ‘alayka, waj’alnî fîhi minal fâizîna ladayka, waj’alnî fîhi minal muqarrabîna ilayka, bi-ihsânika yâ Ghâyatath thâlibîn.

Ya Allah, jadikanlah aku di bulan yang mulia ini tergolong pada orang-orang yang bertawakkal pada-Mu, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang beruntung, jadikanlah aku di dalamnya tergolong pada orang-orang yang mendekatkan diri pada-Mu, dengan kebaikan-Mu wahai Tujuan orang-orang yang berharap. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 3).




Merutinkan Dzikir di Bulan Ramadhan

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
 
"Ya Rasulullah, amalan apakah yang paling utama?" Beliau menjawab, "Engkau berpisah dari dunia dalam keadaan lisanmu basah dengan berdzikir pada Allah." (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Dzikir Ketika Melihat Hilal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat hilal beliau membaca,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِِيمَانِ ، وَالسَّلامَةِ وَالإِِسْلامِ ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

“Allahumma ahillahu ‘alayna bilyumni wal iimaani was salaamati wal islaami. Robbii wa Robbukallah. [Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah]” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ad Darimi).

Ucapan Ketika Dicela atau Diganggu (Diusilin) Orang Lain
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”.” (HR. Ibnu Majah).

An Nawawi mengatakan, “Termasuk yang dianjurkan adalah jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka katakanlah “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]”, sebanyak dua kali atau lebih. 

Do’a Ketika Berbuka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka membaca,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah [Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah]” (HR. Abu Daud)
.
Adapun mengenai do’a berbuka yang biasa tersebar di tengah-tengah kaum muslimin : “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu ....”, 

Do’a Kepada Orang yang Memberi Makan dan Minum
Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

للَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“Allahumma ath’im man ath’amanii wasqi man saqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku] (HR. Muslim). 

Do’a Ketika Berbuka Puasa Di Rumah Orang Lain 
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

“Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo’akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). 

Do’a Setelah Shalat Witir
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pada saat witir membaca surat “Sabbihisma Robbikal a’laa” (surat Al A’laa), “Qul yaa ayyuhal kaafiruun” (surat Al Kafirun), dan “Qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas). Kemudian setelah salam beliau mengucapkan

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
“Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan beliau mengeraskan suara pada bacaan ketiga. (HR. Abu Daud dan An Nasa-i).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan di akhir witirnya,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Allahumma inni a’udzu bika bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik” [Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan kesalamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri]. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa-i dan Ibnu Majah. ).

Do’a di Malam Lailatul Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, ”Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ [Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku].” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Wasaalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh,



Rumah Baca Al-Rasyid 


ber-Tobat-lah

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud r.a. “……seorang mukmin melihat dosanya seakan-akan ia duduk di bawah gunung yang ia khawatirkan akan menimpanya, sementara seorang fajir (jahat) melihat dosanya seperti melihat seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya lalu menepisnya dengan tangannya….Nabi saw pernah bersabda “Kebahagiaan Allah terhadap tobat hambaNya lebih besar daripada kebahagian seorang lelaki yang menemukan tunggangannya yang hilang padahal dia berada di tempat yang berbahaya…”


Ber-Uzlah menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran.

Untuk mengobati penyakit hati ada banyak cara yang bisa ditempuh, tetapi yang paling ampuh dan bermanfaat ialah dengan cara mengasingkan diri dari keramaian hiruk pikuk manusia atau dikenal dengan Uzlah yaitu melakukan perenungan, menghidupkan jiwa dan mensucikan pikiran.

Dengan beruzlah, secara lahir seseorang menjadi terhindar dari pergaulan orang-orang yang tidak patut untuk dipergauli dan selamat dari orang-orang yang akan memasukkan bahaya dan pengaruh negative dengan sebab mempergaulinya.

Oleh sebab itu, adalah menjadi keharusan bagi orang yang beruzlah untuk menahan lisannya dari bertanya tentang berita orang-orang di luar mengenai kesibukan dan apa saja yang terjadi pada mereka. Juga berkewajiban menjaga pendengarannya dari mendengarkan berita tentang dan keadaan mereka

Bagi orang yang beruzlah hendaklah menjauhi dan berlari dari semua itu, sebagaimana berlarinya menjauh dari binatang buas. Sama sekali janganlah bermitra dengan orang semacam itu. Hendaklah ia mengingkari orang yang dikenalnya yang tidak dapat menjaga lidah, apalagi terhadap mereka yang tidak dikenal, untuk menjaga agamanya


Didalam akhbar tentang kaum terdahulu disebutkan bahwa Allah swt. Berfirman kepada Nabi Musa as. :
“Wahai putera Imran, jadilah Anda selalu terjaga dengan penuh kesadaran, janganlah diri Anda merasa tenang dengan seorang teman. Karena seorang saudara atau teman yang tidak mendorong dan meluruskan Anda untuk berbuat baik kepada-Ku, pada dasarnya dia adalah musuh Anda.”

Disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Nabi saw. Bahwa beliau bersabda : 

“Sesungguhnya sesuatu yang paling Aku takutkan terjadi pada umatku adalah, lemahnya keyakinan (iman).” Dan lemahnya keyakinan itu hanya akan terjadi karena pengaruh melihat orang-orang yang lalai dan bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat kebatilan dan kekerasan.

Responsif dengan suara adzan


Adzan juga merupakan panggilan shalat kepada umat Islam, yang terus bergema di seluruh dunia lima kali setiap hari yang merupakan media luar biasa untuk mengumandangkan tauhid terhadap Maha yang Maha Kuasa dan risalah (kenabian) Nabi Muhammad saw. Betapa mengagumkan suara adzan itu, dan bagi umat Islam di seluruh dunia, adzan merupakan sebuah fakta yang telah mapan.
Namun, bagi kita kaum muslimin, adakah adzan ini merupakan sesuatu yang menyentuh kita, adakah kita merasakan bahwa adzan ini bukanlah hanya panggilan mu’adzin untuk bersegera melakukan sholat namun bahkan ini adalah panggilan syahdu Allah SWT pada hambaNya melalui suara muadzin. Seberapa jauhkah respons kita pada panggilan tersebut?

Mulai dari keutamaan muadzin (yang mengumandangkan adzan) hingga memenuhi panggilannya dengan sholat berjamaah pernah di ungkapkan Rasulullah saw: "Sekiranya manusia mengetahui keutamaan adzan dan shaf pertama, kemudian kemudian tidak mendapati kecuali harus melakukan undian untuk mendapatkannya niscaya mereka melakukan undian, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan bersegera melaksanakan shalat niscaya mereka berlomba kepadanya, dan sekiranya mereka mengetahui keutamaan shalat Isya' dan Shubuh niscaya mereka datang kepadanya sekalipun dengan merangkak". Dalam kesempatan lainnya Rasullullah saw juga mengungkapkan rasa gembira sekali jika adzan akan dikumandangkan oleh Bilal bin Raba' dan beliau juga meminta kepada Bilal untuk mengumandangkannya semerdu mungkin. Mendengar keistimewaan muadzin ini dijaman Rasulullah ada seorang lelaki berkata kepada Rasullullah saw bahwa dia ingin juga mendapatkan seperti muadzin itu, dan kemudian Rasullullah saw bersabda: "Ucapkanlah sebagaimana yang mereka ucapkan, dan kemudian apabila kamu telah mengucapkannya maka mintalah (kepada Allah swt) niscaya kamu diberi". (HR. Abu Dawud, Nasa'i dan Ibnu Hibban), Menurut Syaikh Nashiruddin Al-Albani hadish ini hasan.

Tapi kalau kita lihat dalam kehidupan kita sehari-hari sa'at ini, kadang kita telah sengaja atau tidak sengaja mengacuhkan panggilan Allah ini (adzan). Jangan kan menjawabnya untuk mendengar-kannya kita merasa tidak punya waktu dan bahkan dengan tidak sengaja atau disengaja justru kita berbicara, menonton teve, mendengar radio, tape dsb. selama adzan dikumandangkan dan yang lebih ekstrim lagi kita justru membesarkan volumenya seolah-olah kita terganggu dengan seruan adzan tersebut. .... Astaghfirullah al-adzim......

Marilah mulai sa'at ini kita jadikan adzan itu sebagai nada musikal yang paling merdu dan yang sangat kita tunggu-tunggu di setiap waktu shalat dan bersungguh-sungguh untuk menjawabnya dan berdoa sesudahnya. Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa ketika mendengarkan adzan dan berdoa: "Ya Allah, seruan yang sempurna ini dan shalat yang berlangsung, berikanlah wasilah (kedudukan) dan keutamaan kepada Muhammad, dan bangkitkanlah ia pada maqam yang terpuji yang pernah Engkau janjikan", maka ia berhak mendapat safa'atku pada hari kiamat" (H.R. Bukhari, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan Al-Baihaqi). Dan dalam hadist lainpun Rasullullah saw bersabda: "Do'a antara adzan dan iqamat tidak ditolak". (HR Abu Dawud, Turmudzi, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban). Sedangkan Ibnu Hibban meriwayatkan bahwa dengan tambahan kata: "Maka berdo'alah". Akankah kita abaikan kesempatan ini???

Berbahagialah orang yang rumahnya dekat dengan masjid yang senantiasa mendengar alunan nada merdu dan sholat berjamaah dimasjid. Dan bagi kita yang jauh dari mesjid dan juga karena jarangnya masjid dan sudah barang tentu jarang sekali mendengar adzan, tetapi jika hati kita selalu di masjid dan Insya Allah hati kita pun akan dengan sendirinya menyenandungkan adzan-adzan tersebut, dan akan juga selalu mencari dari sumber adzan dikumandangkan dan shalat berjamaah disana...

Wallahu’alam

Komunitas Pencinta Mesjid



program kegiatan menghadapi Ramadhan

Ide sudah ada, langkah untuk menuliskan belum tertuangkan, alhamdulilah ada sedikit cahaya menuntun untuk segera menuliskan dan menjadi pedoman menghadapi bulan Ramadhan yang sebentar lagi tiba.

Niat hati membuat program kegiatan selama persiapan puasa Ramadhan yaitu di bulan Sya'ban yang tidak terasa sudah berlalu 10 hari pertama dan program kegiatan selama Ramadhan. 

Berikut beberapa program yang di susun walau belum yakin apakah bisa dilaksanakan semaunya. Ingat nasehat seseorang bahwa semua tergantung niatnya ...bener juga sih 

Program besar di bulan Sya'ban 

  1. Membaca setengah juz sehari di awal Sya’ban, dan satu juz sehari di separuh Sya’ban kedua.
  2. Melaksanakan qiyamullail dua rekaat dan satu witir.
  3. Bersedekah dua kali dalam satu pekan, dengan nilai tertentu.
  4. Memberi makan fakir-miskin sekali dalam sepekan, sesuai kemampuan.
  5. Membiasakan shaum Senin dan Kamis dan puasa di hari tasyrik 13,14,15 bulan Hijriyah
  6. Mengikuti dan mengantarkan jenazah setiap satu pekan.
  7. Menjaga dzikir selesai shalat dan dzikir pagi dan petang.
  8. Memelihara shalat lima waktu berjama’ah di masjid.
  9. Melaksanakan shalat sunnah rawatib yang mu’akkad (sangat dianjurkan), seperti, dua rakaat sebelum fajar, dua rakaat ditambah dua rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat setelah Zhuhur, dua rakaat setelah Maghrib, dua rakaat setelah Isya’.

Program di bulan Ramadhanpun belum sempurna dipikirkan, namun yang pasti seperti yang dituliskan di editorial dakwatuna.com disampaikan bahwa 20 hari pertama Ramadhan adalah kesempatan menghimpun keta’atan dan pensucian jiwa dengan melaksanakan kewajiban-kewajiban dan fadhoilul a’mal. 10 hari akhir Ramadhan adalah kesempatan berlipat bagi yang merasa kehilangan keutamaan 20 hari pertama Ramadhan sebelumnya. Allah menjadikan 10 hari akhir Ramadhan ini bak minyak kesturi perpisahan, lebih khusus lagi dengan hadiah lailatul qadar. Malam yang lebih baik dari 83 tahun beberapa bulan dalam sejarah manusia.

para pembaca silahkan tambahkan ya :)

Tujuh semangat menyambut Ramadhan.

di cuplik dari Eramuslim 

Paling tidak ada tujuh semangat guna menyambut Ramadhan.

Pertama, meninggalkan dosa dan maksiat. Karena perbuatan ini melemahkan semangat dan melumpuhkan tekad. Imam Syafi’i pernah mengadu pada gurunya:

Ku mengadu pada Waki’ (nama gurunya) soal hafalanku yang jelek
Ia menyarankanku untuk meninggalkan maksiat
Ia berkata, ketahuilah bahwa ilmu adalah cahaya Dan cahaya Allah tidak akan diberikan pada pelaku maksiat

Kedua, berteman dengan orang yang mempunyai semangat tinggi dan kesungguhan berlebih. Rasulullah saw. Bersabda :

Seseorang tergantung agama temannya. Oleh karena itu hendaknya ia melihat siapa temannya.” Disahihkan Al Albani.

Menjadikan mereka sebagai teman karena Allah adalah ibadah. Cukuplah sebagai contoh, seekor anjing yang juga akhirnya dimuliakan gara-gara dia menemani orang-orang pilihan.

Ketiga, yakin dengan kemampuan diri sendiri. Karena Allah swt. yang menentukan kapasitas dan potensi masing-masing, sehingga manusia menjadi dirinya sendiri. Bagaimana tidak meledakkan kekuatan dalam diri sendiri, padahal alam maya pada ini ditundukkan untuk manusia. Manusia menguasinya.

Keempat, memperbanyak membaca keutamaan bulan agung ini. Membaca janji Allah swt. bagi shaaimin, qaaimin dan dzaakirin.

Kelima, mengenal kondisi salafus shalih dalam bulan Ramadhan. Bagaimana mereka menyambut Ramadhan. Bagaimana mereka memperlakukan dan Ramadhan dalam kehidupan mereka.

Keenam, menuliskan target yang ingin dicapai di bulan Ramadhan. Contohnya, berapa mengkhatamkan Al Qur’an, bersedekah, memberi makan untuk berbuka.

Ketujuh, menulis program kerja di sisa bulan Sya’ban ini. Program ibadah yang bertahap, sederhana, meningkat dan meningkat, sehingga menjadikan anggota tubuh sudah terbiasa dengan ibadah Ramadhan.