Kita semua pernah melakukan kesalahan

assalamualaykum ya akhi ya ukhti

Perpecahan itu akan timbul dan ukhuwah akan terputus, apabila kita saling tidak mau menyadari tentang keterbatasan diri kita, apabila kita tidak mau berbaik sangka terhadap sesuatu yang tampak pada saudara kita, dan apabila kita tidak memberlakukan satu sama lain di antara kita untuk saling memahami kekurangan-kekurangan kita. Sesungguhnya kita sebagai manusia, kita pasti pernah melakukan kesalahan, karena kita bukan orang-orang yang maksum, bukan orang-orang yang terjaga dari dosa.

Karena itu ketika kita melihat suatu kesalahan saudara dan kita harus menyiapkan diri kita untuk bersabar untuk menghadapinya agar terjaga kelangsungan ukhuwah kita. Sahabat, barang siapa yang hanya berkenan bersahabat kepada orang yang tidak pernah melakukan kesalahan, maka sebaiknya dia bersahabat dengan makhluk lain selain manusia. Atau sebaiknya dia memutuskan untuk tidak banyak kawan dan banyak musuh. Seorang imam yang merupakan panutan banyak ulama yaitu abu rodja bin huwai, barang siapa yang tidak bersaudara kecuali kepada orang yang tidak memiliki aib maka kawannya sangat sedikit, barang siapa tidak ridho dengan saudaranya kecuali dengan keikhlasan kepadanya, maka kebenciannya tidak pernah berakhir dan barang siapa memaki saudaranya tiap dosa maka musuhnya sangat banyak.

Sahabatku, semoga kita senantiasa memahami bahwa kita berbeda, memahami bahwa setiap manusia pernah berbuat salah, memahami bahwa setiap manusia tidak mempunyai kesempurnaan secara hakiki. Sesungguhnya adalah awal dari kesadaran diri untuk bisa memahami orang lain dan sungguh sifat seperti ini akan dapat memperteguh nilai-nilai persaudaraan kita dengan orang lain, walau orang itu mempunyai kesalahan dalam hidupnya. Jikalau kita ingin tetap bersaudara jangan jauhi mereka yang berbuat salah, tapi dekatilah mereka. Sebab semakin banyak kita menjauhi, maka sesungguhnya mereka tetap akan melakukan kesalahan. Namun dekatilah mereka agar kita mampu menasihatinya inilah prilaku yang arif dan bijaksana. Inilah yang perlu kita lakukan kepada saudara kita, semoga ini kita tetap bisa menjaga ukhuwah sesama muslim..amien



Maukah aku menikahiku?

Assalamualaykum warrahmatullahi wabbarakatuh

Beberapa hari yang lalu ada saudara sms ke aku yang intinya sms itu beriarasi begini “bantuin aku dunk, suamiku itu males sekali sholatnya”. Waktu itu terima smsnya pas aku mau melaksanakan sholat Ashar, nanti aja aku pikir sehabis sholat atau pas waktu luang aku balas smsnya.
Tapi aku kelupaan he he, baru jelang adzan magrib aku teringat sms itu. Teringat dengan si pengirim sms, dan aku sedikit tau tentang dia bahwa sebenarnya dia juga masih angot-angotan sholatnya, masih suka menunda-nunda sholatnya. Pernah waktu itu dalam perjalanan pulang dari suatu tempat dan waktu itu kita belum melakukan sholat Ashar, sesampai di rumah jam sudah menunjukkan pukul 17:10, tapi aku perhatikan diapun tidak segera melakukan kewajibannya.

Kembali ke sms tadi, singkat aku tulis sms balesanku kepadanya “ada kalimat bijak yg mungkin kau hrs renungi & nanti tanya kepadaku jika kau tdk mengerti, kalimat itu :maukah aku menikahiku? ..setelah itu aku kirim sms itu.

Selepas aku melaksanakan sholat magrib aku terima balesan sms dari dia “aku tidak mengerti kalimat ini? “ aku pun membalas sms itu, karena aku belum berkeinginan untuk menelpon dia langsung untuk menjelaskannya. Aku ingin ada sesi khusus berbicara langsung dengan dia untuk menjawab permasalahan yang dia hadapi saat ini, sekalian menjelaskan maksud dari kalimat itu. Kemudian aku balas sms itu “he he he insyaAllah nanti aku jelaskan ketika kita bertemu, sekarang perbaiki saja dulu sholat kita sendiri, kembali ke jalan Allah, insyaAllah nanti Allah memberikan hidayah-petunjuk olehNya dan mengabulkan doa kita”

Hmm mungkin temen-temen pembaca sudah mengerti maksud kalimat itu “maukah aku menikahiku?” atau mungkin kalimat lain yang mempunyai makna hampir sama seperti “maukah bersediakah aku menjadi temanku?


Iman yang naik turun

Assalamualaykum warrahmatullahiwabarakatuh

Jika kita termasuk orang yang diberikan petunjuk olehNya, tentu akan merasakan nikmatnya mempunyai iman. Dan selain merasakan nikmatnya, juga tentu akan merasakan risaunya ketika iman itu sedang turun, serta merasakan betapa Allah sedang menguji keimanan kita.

Allah berfirman : "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS 13 Ar-Rad 28)

Hati kita yang beriman senantiasa akan di bolak-balik oleh Allah sebagai ujian buat kita. Oleh karena itu kita selalu harus menjaga iman ini tetap ada di hati.

Dalam sebuah hadis disabdakan bahwa al-iimanu yazid wa laa yankus. Iman itu kadang bertambah, kadang berkurang, kadang naik, kadang turun. Aku coba merefleksikan iman itu dalam sebuah grafik seperti di bawah ini :

Iman Pertama, turun dan naik berada dalam posisi sama. Naik dan turun hampir sama besar dan cepatnya. Keimanan seperti ini memungkinkan seseorang mendapatkan khusnul khatimah (baik di akhir), bila Allah berkenan mencabut nyawanya pada saat iman sedang naik. Namun bila Allah mencabut nyawanya pada saat imannya turun, maka ia akan mendapatkan su'ul khatimah (jelek di akhir)

Iman Kedua, naiknya sedikit, tapi mudah turun secara drastis. Orang yang memiliki keimanan seperti ini, kemungkinan besar akan meninggal dalam kondisi su'ul khatimah. Wallahualam

Iman Ketiga, naiknya cepat, tapi lambat turunnya dan sedikit. Orang dengan iman konstruktif seperti ini, ketika ketaatannya naik, ia akan merasakan betapa lezatnya keimanan. Namun saat ia terjatuh pada kemaksiatan, ia akan resah dan ingin segera meninggalkan kemaksiatan tersebut.

Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika wa’ala thoo’atika”..wahai yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku untuk tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’ati-Mu.

Pertanyaannya, bagaimana cara mempertahankan sikap iman ini?

Tips bangun malam

Assalamualaykum warrahmatullahi wabbarakatuh

InsyaAllah berguna buatku dan semua yang baca tulisan ini. Beberapa waktu yang lalu membaca buku tulisan Amru Khalid dan di situ ada beberapa tips bangun malam untuk melakukan sholat tahajud. Mungkin bisa berguna untuk diterapkan :

1. Kurangi makan dan minum 
Seorang ahli ibadah pernah mengatakan “Wahai para ahli ibadah, jangan terlalu banyak makan! Kalau banyak makan akan banyak minum, banyak tidur, banyak melanggar hal-hal yang dilarang, banyak merugi dan banyak menyesal ketika ajal datang menjemput”

2. Jangan memforsir tenaga di siang hari
Hal lain yang membantu kita untuk mudah bangun dan shalat di tengah malam adalaha dengan tidak memforsir tenaga untuk pekerjaan-pekerjaan yang berat di waktu siang. Memang, kita tidak mungkin dihadapkan pada pekerjaan yang ringan-ringan saja. Namun demikian, sebisa mungkn kita sisihkan waktu guna beristirahat sejenak.

3. Jangan bermuat kemaksiatan kepada Allah
Ini point penting terpenting, seorang tabi’in pernah mengatakan “jangan bermaksiat kepada Allah di siang hari, pasti kalian bisa bangun di malam hari!” tentu dengan niat pula. 

4. Hendaknya dilakukan secara bertahap dan diniatkan
Jangan sampai semangat hanya sementara. Karena setan tidak pernah berhenti untuk menggoda kita. Oleh karena itu, mulailah lebih dulu dengan membiasakan diri shalat dua rakaat sebelum tidur, secara konsisten selama satu bulan. Upayakan agar tidak seharipun meninggalkannya. Barulah kemudian di tambah lagi dan begitu seterusnya.

Aku termasuk orang yang belum bisa rutin setiap malam untuk melakukan sholat malam, mungkin karena kurang giat untuk membiasakan. Teringat jika membaca point 3, ketka pagi hari tiba dan sadar telah melewatkan malam untuk bertahajud, aku mulai berfikir hmm…kemaksiatan apa yang telah aku lakukan kemarin? Teringat berbagai kemaksiatan yang mungkin sempat dilakukan terlintas di kepala : ntah itu menunda waktu sholat, ntah bergosip ria, menyalahkan orang lain..dsbnya. Astaghfirullah.

Dari cerita terpisah pernah Sufyan ats Tsauri berkata “ aku tidak bisa bangun malam selama lima bulan karena suatu dosa yang aku lakukan”, ketika ditanya dosa apakah itu?” ia pun menjawab “ sekali waktu aku melihat seoarang laki-laki menangis dalam sholatnya dan aku mengatakan bahwa laki-laku itu hanya berbuat riya”

“Sesungguhnya agama ini keras, maka masuklah ke dalammnya dengan lembut” (HR Baihaqi)


Semoga dengan proses pembiasaan kita yang lemah akan menjadi manusia yang kuat dan perkasa





Makhluk yang paling banyak membantah

Diriwayatkan pada suatu malam Rasulullah saw mendatangi rumah Fatimah dan Ali bin Abi Thalib untuk membangunkan keduanya. Diketuknya pintu rumah mereka yang tampak tidur pulas. Rasulullah saw berkata, “Kalian berdua tidak shalat malam?”

Ali bin Abi Thalib bangun dan berkata “Diri kami berada di tangan Allah yang kalau Dia menghendaki kami bangun maka kami pun dibangunkanNya!”. Mendengar itu Rasulullah saw marah dan segera berlalu sembari membaca potongan ayat berikut :

“Dan sungguh manusia itu makhluk yang paling banyak membantah “ (QS:18 Al Kahfi:54) (Kejadian ini diriwayatkan oleh Bukhari, Muslm dan Ahmad)


Alasan yang diungkapkan Ali bin Abi Thalib tadi mungkin juga merupakan alasan kebanyakan kita. Kita selalu mencari alasan, mencari pembenaran untuk tidak melakukan apa yang telah diperintahkan. Sifat bermalas-malasan dipupuk yang nanti akhirnya menjadi lupa akan perintahNya.

Beberapa bulan yang lalu, menjelang waktu magrib tiba, aku menumpang ojeg untuk diantarkan pulang ke rumah. Perkiraanku sholat magrib dapat aku tunaikan di Mesjid dekat rumah. Namun hujan yang sangat deras waktu itu sepertinya tidak memungkinkan aku sampai tepat waktu, di tambah motor yang dikendarai tukang ojeg yang sudah separuh baya itu sering mogok di perjalanan.

Di bawah derasnya hujan kami mendengar suara adzan, sempat terpikir untuk mampir di mesjid terdekat. Karena aku tahu tukang ojeg adalah seorang muslim terdengar dari kalimat toyyibah yang selalu dia ucapkan ketika meng-engkol motornya yang mogok, maka aku tawarkanlah kepada dia untuk sholat dahulu, “pak, kita sholat magrib dulu aja ya, adzan sudah terdengar. InsyaAllah diberikan kemudahan sehingga motornya ngga mogok-mogok lagi” sedikit merayu tukang ojeg. Namun tukang ojeg itu menjawab “nanti aja pak, tanggung pak, mumpung motornya lagi nyala nih”. Beberapa puluh meter kemudian, motor itu mogok lagi, kembali aku tawarkan, namun jawaban yang sama aku dapatkan.

Setelah aku ketahui bahwa motor yang dikendarainya kekurangan bahan bakar, karena indikator BBM di panel motor itu menyala merah (bertanda empty), akhirnya aku putuskan kepada dia untuk mengisi bensin di POM Bensin yang ada sekitar 700 meter di depan.

Sesampainya di POM, aku ijin kepada tukang ojeg itu untuk menunaikan sholat magrib dan aku memohon kepada bapak itu untuk menyusul aku ke mushola. Tukang Ojeg itupun menjawab dengan alasan yang sama, saya nanti aja pak tanggung, lagian baju saya kotor nih. Hmm..aku katakan, dengan wudhu insyaAllah bapak suci kembali. Tapi dia kembali menjawab nanti aja pak, saya sholat di rumah aja. Sudahlah aku pikir, aku harus segera ke mushola.

Selepas sholat kembali aku menemui tukang ojeg itu untuk kembali melanjutkan perjalanan. Aku kembali bertanya, Pak, emang rumahnya dimana? Aku turun di sini aja pak. Aku takut bapak ngga keburu nyampe rumah nanti, magribnya lewat deh. Tukang ojeg pun berujar “rumah saya di Pondok Kopi pak”, waduh jawab aku, itu khan jauh dari sini, sepertinya bapak ngga mungkin deh sempet sholat di rumah. “Ngga apa-apa pak biasanya saya qodo sholatnya lagian baju saya kotor nih kena air kencing tadi”..hmm..sepertinya alasan-alasan itu muncul lagi. Oke deh aku bilang, mudah2an bapak bisa sempetin sholat nanti, aku juga jelaskan kepada dia untuk tidak meng-qodo sholat apabila syarat-syaratnya tidak dipenuhi terutama jarak, bapak itu pun menjawab “oh gitu ya” mudah-mudah2an dia memahami..

Bapak ini banyak sekali alasannya pikirku. Kasian sekali melihatnya. Aku saja yang selalu mengusahakan untuk menunaikan sholat masih belum yakin apakah amalan ini diterima olehNya, apalagi yang benar-benar dengan mudahnya meninggalkannya.

Selama perjalanan otakku berpikir, bagaimana caranya aku bisa mengingatkan tukang ojeg ini, terbayang janji Allah bagi orang yang menjadi asbab perantara hidayahNya. Sesampai di rumah..aku meminta tukang ojeg itu menunggu, kucarikan pakaianku yang layak untuk dia pakai dan aku berikan celana dan baju itu serta uang pembayaran jasa dan kembali aku bermohon dan berharap.” Pak ini baju dan celana buat bapak, mungkin bapak bisa ganti baju dan mampir untuk sholat”, iya pak jawabnya tegas. “InsyaAllah usaha terakhirku setelah perpisahan ini berhasil” pikirku..

Itulah sedikit cerita yang bisa aku bagi, tidak ada maksud untuk riya, ujub pada kalimat terkahir cerita itu. Hanya ingin berbagi semoga semangat di masing-masing hati kita selalu peduli kepada umat, kasih-mengasihi dan saling mengingatkan. Ada ucapan ulama “tidaklah tumbuh iman ini sampai kita saling mencintai sesama manusia”. Wallahualam

Belajar dari Abdullah bin Umi Maktum


Abdullah bin Ummi Maktum, seorang sahabat di jaman Rasulullah adalah seorang yang buta penglihatan dan juga miskin. Tapi dengan 'keterbatasan' fisiknya ini dianggap bukan sebagai kekurangan,tetapi sebagai kelebihan yang dengannya dia berujar untuk bertekad :" Mata yang buta ini akan mengantarkan saya ke surga-Nya "

Abdullah bin Ummi Maktum,walaupun buta dan miskin,tapi semangatnya untuk mengenal Islam tidak pernah pudar. Hari-harinya selalu dipenuhi dengan mendatangi majelis Rasulullah, menyimak dan menghapal Al Quran. Dialah juga sang muadzin ketika fajar menyingsing. .

Mendengar keutaman tentang orang-orang yang syahid berperang di jalan Allah,maka Abdullah bin Ummi Maktum juga merindukan kesempatan itu. Pada kemenangan perang Qadisiyah yang dibayar dengan darah dan jiwa ratusan syuhada, terdapat sang syahid, Abdullah bin Ummi Maktum, sang pembawa bendera kaum muslimin. .

Aku, anda. . yang pernah mengeluh akan 'kekurangan' yang Allah karuniakan kepada kita, mungkin saatnya kita bercermin pada Abdullah bin Ummi Maktum. .
La Tahzan, janganlah bersedih. . .

Tidak ada sesuatupun yang diciptakan Allah dengan sia-sia. . Jadikanlah 'kekurangan' yang kita miliki itu sebagai sesuatu yang akan mengantarkan kita ke surga. .

Walaupun dengan tertatih tatih,bertambal sulam maupun carut marut karena hati yang bergelombang untuk bisa menerima 'kekurangan' itu dengan lapang. .